Email: tafsirhadits@ymail.com / emand_99@hotmail.com

Powered By Blogger

Kamis, 28 Agustus 2014

Adab pergaulan

Adab pergaulan sesama

قال الإِمَام يَحْيَى بن مُعَاذ: "لِيَكُنْ حَظ الْمُؤْمِنِ مِنْكَ ثَلاَثَة: إِنْ لَمْ تَنْفَعْهُ فَلاَ تَضُرُّهُ، وَإِنْ لَمْ تُفْرِحْهُ فَلاَ تَغُمُّهُ، وَإِنْ لَمْ تَمْدَحْهُ فَلاَ تَذُمُّهُ".
Imam Yahya Bin Mu'az berpesan:"Tigaperkara dalam adab pergaulan seorang mu’min:
1) Kalau engkau tidak sanggup membantu orang lain (bagi manfaat), maka janganlah merugikan dia.
2) Dan kalau engkau tidak sanggup menghibur orang lain (bagi senang), maka janganlah membuatkan dia sedih (susah).
3)kalau engkau tidak sanggup memuji orang lain, maka janganlah mencelanya".



KUNCI KEBERHASILAN
Adalah maju ketika orang lain berhenti, terbangun ketika orang lain tertidur, serius ketika orang lain santai, siap menerima kritikan dan saran orang lain.
Rasul bersabda: (إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ) “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian, bila mengerjakan sesuatu maka hendaklah dengan penuh ketekunan”.



Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Rabu, 27 Agustus 2014

BACK TO AL-QUR’AN : MOZART TERNYATA TIDAK MEMBUAT CERDAS !

BACK TO AL-QUR’AN : MOZART TERNYATA TIDAK MEMBUAT CERDAS !

Baru-baru ini kita dikagetkan oleh sebuah fakta baru penelitian bahwa ternyata musik klasik tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kemampuan kognitif seorang anak. Itu artinya, mendengarkan musik klasik tidak mencerdaskan anak sebagaimana yang selama ini kita tahu. Selama lebih dari 15 tahun, kita terkecoh oleh publisitas yang banyak membesar-besarkan tentang musik klasik yang dapat memacu kecerdasan seorang anak. Dulu, sebelum saya mengenal banyak keajaiban Al-Qur’an, saya cenderung memegang pendapat bahwa musik klasik dapat merangsang perkembangan otak janin dan mencerdaskan anak. Tapi, beberapa tahun kemudian, saya mulai berpikir, jika mozart yang ciptaan manusia saja bisa mencerdaskan anak, maka tentu Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang telah Allah berikan kepada kita ini lebih dapat mencerdaskan anak.

Dan ternyata itu benar.

Beberapa orang peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini.

Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang kemudian mereka membuat riset terhadap 3000 partisipator. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan! Berdasarkan penelitian terhadap ribuan partisipator itu, Pietschnig dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan spasial seseorang setelah mendengarkan musik Mozart.

Senada dengan Jacob Pietschnig dan kawan-kawannya, sebuah tim peneliti Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Mereka mengemukakan bahwa sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.

Penelitian terbaru ini membantah habis-habisan hasil riset psikolog Frances Rauscher dan rekan-rekannya di University of California pada tahun 1993 yang mengemukakan bahwa musik Mozart ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan soal-soal mengenai spasial.

Wow…padahal, selama ini kita sudah terlanjur percaya pada legenda musik klasik ini, ya?

*** Back to Al-Qur’an ***

Berbeda dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah Al-Qur’an dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya.

Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Nah, ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dsb.

Pada asalnya, milyaran sel saraf dalam otak manusia bergetar secara konstan. Sel ini berisi program yang rumit dimana milyar sel-sel di sekitar berinteraksi dalam sebuah koordinasi yang luar biasa yang menunjukkan kebesaran Allah.

Sebelum bayi lahir, sel-sel otaknya mulai bergetar berirama secara seimbang. Tapi setelah kelahirannya, tindakan masing-masing akan mempengaruhi sel-sel otak dan cara mereka bergetar. Jadi jika beberapa sel otak tidak siap untuk mentoleransi frekuensi tinggi, ini dapat menyebabkan gangguan dalam sistem getar otak yang pada gilirannya menyebabkan banyak penyakit fisik dan psikologis.

Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Dan gelombang tersebut dapat berpengaruh secara positif dan negatif. Ketika beredar informasi bahwa musik klasik berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia, banyak kalangan menggunakan musik klasik sebagai obat terapi.

Tapi, Al-Qur’an tetaplah obat yang terbaik. Terapi dengan Al-Qur’an terbukti mampu meningkatkan kecerdasan seorang anak, menyembuhkan berbagai penyakit, dsb. Ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur’an memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya.

Satu lagi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, yakni bahasa yang memiliki nilai sastra yang tinggi, dan bahasa nomor satu yang paling sulit untuk dipelajari. Kita tahu, bahwa tidak ada satupun dari kita yang mampu menandingi keindahan bahasa Al-Qur’an. Namun, tahukah Anda, bahwa ternyata jika kita mampu berbahasa Arab dapat memudahkan kita untuk menguasai bahasa asing lainnya?

Anak-anak yang terbiasa membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami maknanya, ternyata memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada anak-anak lain. Bahkan meski bahasa tersebut masih asing, ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kemudian menguasainya, insya Allah.

Janin usia 7 bulan sudah dapat merespon suara-suara di sekitar ibunya. Nah, untuk itulah, penting bagi ibu hamil untuk banyak-banyak memperdengarkan Al-Qur’an kepada janinnya. Kita tidak mengharapkan mereka mengerti dan memahami apa yang kita baca. Namun, membiasakannya mendengarkan Al-Qur’an sejak dalam kandungan, membantunya untuk tumbuh dengan intelegensi tinggi, kemampuan berbahasa yang baik, dan kepribadian yang baik pula.

sumber : http://islampos.com/benarkah-mozart-membuat-cerdas/

Sebagian besar para ulama dan ilmuwan muslim -pd masa kejayaan Islam- hafal Al Qur’an saat usia mereka belum baligh benar2 membuktikan LUAR BIASAnya AL-QUR'AN menjadikan OTAK CERDAS! Mereka juga ulama/ilmuwan kaliber dunia baik di kalangan muslim maupun nonmuslim yg karyany byk menjadi rujukan sampai skrg. Ada yang ahli hadits,fiqh,tafsir,matematik,kedokteran dll.

contohnya:
Imam Syafi’i hafal Al Qur’an pd 7 thn,sdh menjadi mufti/ahli hukum di usia 17thn,mujtahid mutlak, n ushul fiqh (peletak dasar ilmu ushul fiqh).

Imam Ath-Thabari sorg Ahli tafsir (hafal Al Qur’an 7 thn).

Ibnu Sina-Avicena- seorg ahli kedokteran n peletak dasar ilmu-ilmu kedokteran (hafal Al Qur’an 5 tahun) yg pd saat usia 17 tahun sudah menjadi DOKTER PROFESIONAL.Bahkan orang Barat pun menggunakan ilmu/teorinya. Beliau juga merupakan ahli Fisika.

Ibnu Khaldun ahli sosiologi dan ahli konstruksi.yg hafal Al Qur’an pd usia 7 thn.

Umar bin Abdul Aziz,Kholifah di masa Bani Umayyah,-yg hafal Al Qur’an saat masih anak- Seorg ahli ekonomi yg tiada duanya di dunia. Beliau sangat terkenal dengan kemampuannya memakmurkan negara dan bangsanya dlm waktu singkat (29 bln),sampai tdk ada rakyatnya yg berhak menerima zakat.
dan byk lg muslim HEBAT lainny.

AL-QUR'AN memang SUNGGUH LUAR BIASA!
ALLAHU A'LAM...

SUBHANALLAH, Engkau sungguh Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan manusia. 31 (tiga puluh satu) ayatMu yang mengingatkan “Fabi’ayyi ala’i rabbikuma tukazziban : MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?” pada Surat Ar Rahman itu belum mampu menggerakkan seluruh kemampuanku untuk mensyukuri nikmat yang Engkau berikan.
Mari dengarkan Ayat CintaNya n resapilah.. (hal yg tdk pernah dpt dirasakan ketika mndengar -lagu/musik- yg lain) http://www.ramadoni.com/video/maka-nikmat-tuhanmu-yang-manakah-yang-kau-dustakan/

“Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu tumbuh-tumbuhan yang berpandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon – pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain?) Bahkan (sebenarnya) MEREKA ADALAH ORANG-ORANG YANG MENYIMPANG (dari kebenaran).” (QS. An-Nahl : 60)

“Apakah (mereka lalai) dan tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan SEGALA SESUATU yang DICIPTAKAN ALLAH.” (QS. Al-A’raf:185)

“Dan jika kamu hendak menghitung nikmat Allah itu,KAMU TIDAK AKAN MAMPU MENGHITUNGNYA.” (QS. An-Nahl : 18)

“Kitab (Al-Qur’an) ini TIDAK ADA KERAGUAN padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 2)


"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sungguh Engkau Maha Pendengar doa." (QS. Ali Imron: 38).

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqon: 74)

Ya Allah..istiqomahkanlah kami smua di jalan-Mu..
Berikanlah kami keturunan generasi terbaik penerus perjuangan dakwah Para Nabi,RasulMu -Nabi Muhammad S.A.W.-,n para pendahulu kami Ya Rahmaan...
Kuatkanlah kami utk slalu berjuang di JalanMu ...dan perkenankanlah kami bersatu menuju cintaMu yang abadi bersama dengan kekasihMu,dan para ahli syurgaMu ya Rahiiim...
Aamiiiiin Ya Rabbal 'aalamiiin...^^

Catatan Hati "Sang Mujahidah fi Sabilillah".




Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Selasa, 26 Agustus 2014

Maurice Bucaille: Ilmuwan Besar Perancis Peluk Islam Usai Bedah Mumi Firaun

Maurice bertambah terkejut dan terus bertanya-tanya, dari mana Alquran mendapatkan data, sementara mumi tidak ditemukan sampai 1898.
Dream - Maurice Bucaille lahir, besar dan sepenuhnya menimba ilmu di Perancis. Setelah menamatkan pendidikan menengah atas, ia belajar di Fakultas Kedokteran, Universitas Prancis. Kemudian menjadi dokter bedah terkenal dan terpintar yang pernah dimiliki Perancis modern. Namun, cerita keislamannya mampu mengubah hidupnya dan belakangan menginspirasi banyak orang.  Siapa sang profesor yang sangat dikagumi ini, silahkan baca profilnya di sini http://bit.ly/1sAIenf
Apa saja hasil karya sang profesor dan bagaimana cara dia menemukan Islam dan dunia keilmuan silahkan baca pada tautan ini http://bit.ly/1lTkkf3
Sebagaimana luas diketahui, Perancis terkenal sebagai negara yang tertarik dengan arkeologi dan budaya. Di akhir 80an, Perancis meminta Mesir untuk mengirimkan mumi Firaun untuk dilakukan serangkaian eksperimen dan penelitian.
Akhirnya mumi penguasa Mesir terkenal tersebut akhirnya tiba di Perancis. Mumi itu kemudian dipindahkan ke ruangan khusus di Monument Center. Para arkeolog, ahli bedah dan ahli anatomi mulai melakukan studi tentang mumi ini dalam upaya untuk menyelidiki misteri Firaun.
Dokter bedah senior dan ilmuwan yang bertanggung jawab atas studi tentang mumi Firaun adalah Profesor Maurice Bucaille. Sementara proses restorasi mumi berjalan, Maurice Bucaille sibuk dengan pikirannya. Dia mencoba untuk menemukan bagaimana Firaun ini meninggal.
Saat larut malam, ia menemukan penyebabnya. Sisa-sisa garam yang terjebak dalam tubuh mumi itu adalah bukti bahwa ia meninggal karena tenggelam dan mayatnya segera diangkat dari laut.
Terlihat jelas juga bahwa para pendeta Mesir kuno buru-buru mengawetkan tubuh Firaun tersebut. Tapi Maurice bingung dengan sebuah pertanyaan, bagaimana tubuh ini--dengan mengesampingkan tubuh mumi lainnya dari Mesir kuno-- tetap utuh hingga sekarang meskipun tubuhnya pernah tenggelam di laut.
Maurice sibuk memikirkan hal tersebut ketika seorang koleganya mengatakan tidak usah terlalu dipikirkan karena dalam Islam disebutkan bahwa Firaun ini memang tenggelam.
Pada awalnya, dia sangat tidak yakin dan menolak pernyataan tersebut. Dia mengatakan penemuan seperti itu hanya bisa diketahui melalui peralatan komputer canggih dan modern.
Maurice bertambah tercengang setelah koleganya yang lain mengatakan bahwa Alquran, kitab suci yang dipercaya muslim, menceritakan kisah tenggelamnya Firaun dan mengatakan tubuh tersebut akan tetap utuh meskipun ia telah tenggelam.
Maurice bertambah terkejut dan terus bertanya-tanya, dari mana kitab suci umat Islam ini mendapatkan data, sementara mumi tidak ditemukan sampai 1898. Selain itu Alquran juga baru diturunkan kepada umat Islam selama lebih dari 1400 tahun setelah peristiwa tenggelamnya Firaun. Mengingat juga sampai beberapa dekade lalu seluruh umat manusia termasuk muslim tidak tahu bahwa orang Mesir kuno mengawetkan firaun mereka?
Maurice Bucaille terjaga sepanjang malam menatap tubuh Firaun, berpikir mendalam soal kitab Alquran yang secara eksplisit mengatakan bahwa tubuh ini akan utuh setelah tenggelam.
"Bisakah dipercaya nabi Muhammad SAW tahu tentang ini lebih dari 1.000 tahun yang lalu ketika saya baru saja mengetahu hal itu?" pikir Maurice.
Pikiran Maurice malam itu dipenuhi berbagai pertanyaan dan keheranan tentang kitab suci umat Islam. Mumi tersebut akhirnya dikembalikan ke Mesir.
Jatuh Cinta dengan Alquran
Tapi, karena ia sudah tahu tentang kisah Firaun versi muslim, ia segera berkemas dan melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Kebetulan saat itu di Arab Saudi diadakan konferensi medis yang dihadiri banyak ahli anatomi muslim.
Di sana, Maurice memberitahu mereka tentang penemuannya, yaitu bahwa tubuh Firaun itu tetap utuh bahkan setelah ia tenggelam. Salah satu peserta konferensi membuka Alquran dan membacakan surat Yunus ayat 92 yang menceritakan kisah bagaimana tubuh Firaun diangkat dari dasar laut dan atas izin Allah, tubuh itu akan utuh agar menjadi bahan renungan bagi orang-orang yang berpikir sesudahnya.
Dalam kegembiraannya setelah dibacakan ayat tersebut, Maurice berdiri di hadapan para peserta konferensi berkata, 'Aku telah masuk Islam dan percaya pada Alquran ini'.
Saat kembali ke Perancis, Maurice Bucaille menghabiskan 10 tahun melakukan studi tentang kesesuaian fakta-fakta ilmiah saat ini dengan yang disebutkan dalam Alquran. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa Alquran tidak pernah bertentangan dengan satupun fakta ilmiah.
Dia kemudian menulis buku tentang Alquran yang menghebohkan seluruh negara-negara Barat, dengan judul, "The Bible, The Qur’an and Science, The Holy Scriptures Examined In The Light Of Modern Knowledge."
Buku tersebut sangat laris dan bahkan ratusan ribu eksemplar telah diterjemahkan dari bahasa Perancis ke bahasa Arab, Inggris, Indonesia, Persia, Turki dan Jerman. Bahkan tersebar ke hampir semua toko buku di seluruh dunia.
"Sisi ilmiah dari Alquran telah mengejutkan saya sejak awal, karena pikiran saya belum pernah melihat begitu banyak kajian ilmu pengetahuan yang disuguhkan secara akurat. Itu semacam cermin bagi ilmu pengetahuan yang sudah ditulis dalam buku-buku ilmiah selama ini padahal ilmu tersebut sudah ada lebih dari 13 abad yang lalu," sepenggal catatan kata pengantar Maurice dalam bukunya.
(Sumber: Onislam.net)



Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

R e n u n g a n....


R e n u n g a n k u:
Dulu...
Aku sangat KAGUM pada manusia cerdas, kaya & yang berhasil dalam karir. Hidup & hebat dalam dunianya.
Sekarang...
Aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku.
Aku kagum dengan manusia yang hebat di mataNYA,
Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan bersahaja.
Dulu...
Aku memilih MARAH кetika merasa harga diriku dijatuhkan oleh oranglain yang berlaku kasar padaku & menyakitiku dengan kalimat² sindiran.
Sekarang...
Aku memilih untuk BANYAK BERSYUKUR & BERTERIMAKASIH,
Karena aku yakin ada hikmah lain yang datang dari mereka ketika aku mampu untuk memaafkan & bersabar.
Dulu...
Aku memilih MENGEJAR dunia & menumpuknya sebisaku,
Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan & minum untuk hari ini.
Sekarang...
Aku memilih untuk BERSYUKUR & BERSYUKUR dengan apa yang ada & memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan apa yang bisa aku lakukan/perbuat & bermanfaat untuk sesamaku.
Dulu...
Aku berpikir bahwa aku bisa. MEMBAHAGIAKAN σгαngtua, saudara & teman²ku jika aku berhasil dengan duniaku,
Ternyata yang membuat mereka bahagia bukan itu melainkan ucapan, sikap, tingkah & sapaanku kepada mereka.
Sekarang...
Aku memilih untuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.
Dulu...
Pusat pikiranku adαlαh membuat RENCANA² dahsyat untuk duniaku,
Ternyata aku menjumpai teman & saudara²ku begitu cepat menghadap kepadaNYA....
Sekarang...
yang menjadi pusat pikiran & rencanaku adalah bagaimana agar hidupku dapat RidhaNYA dan dpt bermanfaat utk sesama hingga jika suatu saat diriku dipanggil olehNYA aku dlm keadaan Khusnul khatimah.
••Τak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati teriknya matahari besok.
••Τak ada yang bisa memberikan jaminan bahwa aku masih bisa menghirup. nafas esok hari.
Kalau hari ini & esok hari aku bisa hidup, itu adalah kehendak اَللّهُ semata...


Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Minggu, 24 Agustus 2014

SYEKH SYA’RAWI DAN MODERASI ISLAM

SYEKH SYA’RAWI DAN MODERASI ISLAM

             Beliau adalah seorang pakar tafsir kontemporer yang gigih menerapkan prinsip syariah dalam kehidupan sehari-hari. Beliau lahir pada tanggal 15 April 1911 M di kampung Daqadus desa Mid Ghamr, Daqhliyyah (salah satu bagian wilayah di Mesir). Beliau wafat pada tanggal 17 juni 1998 M.    Pada hari Rabu 17 Juni 1998 M, Syekh Sya’rawi wafat di usia 87 tahun dan jasadnya dimakamkan di Mesir. Ayahnya adalah seorang pedagang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.
             Pendidikan Sya’rawi dimulai dari menghafal al-Qur’an dari seorang syaikh di kampungnya iaitu Syekh Abdul Majid Pasha. Beliau menamatkan hafalan al-Qur’an pada usia 11 tahun, kemudian Ia masuk sekolah dasar (Ibtidaa’i) di al-Azhar, Zaqaziq tahun 1926 M. Lalu, dia melanjutkan sekolah menengah pertama (I’daadi) di al-Azhar, dan tamat Tsanawiyyah pada tahun 1932 M. Syaikh Sya’rawi masuk kuliah di fakultas Bahasa Arab, Universita Al-Azhar pada tahun 1937 M, dan tamat S1 (BA) pada tahun 1941 M.
Karirnya diawali sebagai tenaga pengajar di ma’had al-Azhar Tanta, ma’had Alexandria, ma’had Zaqaziq.  Beliau juga mengabdikan ilmunya di luar negri (sebagai dosen) kurang lebih 16 tahun:

1) Universitas Malik Abdul Aziz, Makkah, Saudi Arabiah (6 tahun) dari 1944 hingga 1950.
2) Al-Jazair (4 tahun) dari 1966 hinga 1970).
3) Universitas Malik Abdul Aziz, Makkah, Saudi Arabiah (6 tahun) dari 1970 hingga 1976.

              Nama beliau mulai mencuat dan dikenal luas ketika menjadi seorang da’i pada tahun 1973 M tepatnya pada program pengajian halaqah di televisi Mesir yang dikenal dengan program “Nur ‘Ala Nur”.
Pada tahun 1976 M, beliau dipercayakan oleh presiden Anwar Sadat untuk menjadi menteri Auqaf (menteri agama) Mesir. Namun jabatan tersebut tidak sampai selesai dan hanya 2 tahun saja beliau mengundurkan diri, sebab ketika itu beliau dengan tegas menolak usulan undang-undang keluarga yang bertentangan dengan ajaran syari’at Islam.
              Beliau memang sangat unik, sebab beliau adalah seorang ulama yang tidak menulis buku tapi memiliki puluhan bahkan ratusan buku yang telah diterbitkan, beliau tidak menulis karena meyakini bahwa kalimat lisan lebih tajam dari tulisan, sebab dakwan lisan/ceramah dapat didengar langsung dari narasumber asli. Di samping itu beliau yakini bahwa tidak semua orang mampu membaca, oleh karena prinsip ini, tumpuan dakwahnya fokus kepada penyampaian ceramah dan pengajian.
              Syekh Sya’rawi menjalani kehidupan sufi sebagai bentuk kerendahan diri (tawadhu’). Dalam ruang kerjanya hanya ada sajadah dan al-Qur’an. Namun demikian, pemikiran beliau logis dan kontekstual. Kepiawaiannya mentafsirkan al-Qur’an sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat, sehingga beliau mampu memahamkan al-Qur’an kepada jama’ahnya dengan muda berdasarkan realita kehidupan kontemprorer.
Tentunya tidak asing lagi bahwa kitab yang monumental dan penuh manfaat yang ditinggalkan oleh beliau untuk umat Islam pada saat ini, adalah Khawati Sya’rawi atau di kenal dengan nama “Tafsir Al-Sya’rawi”, dalam muqaddimah tafsirnya, beliau menyatakan bahwa: “Hasil renungan saya terhadap al-Qur’an bukan berarti tafsiran al-Qur’an, melainkan percikan pemikiran yang terlintas dalam hati seorang mukmin saat membaca al-Qur’an. Kalau memang al-Qur’an dapat ditafsirkan, sebenarnya yang lebih berhak menafsirkannya hanya Rasulullah Saw, karena kepada beliaulah al-Qur’an diturunkan. Beliau banyak menjelaskan kepada manusia isi ajaran al-Quran dari dimensi ibadah, karena hal itu yang diperlukan umatnya saat ini. Adapaun rahasia al-Qur’an tentang alam semesta, tidak beliau sampaikan, karena kondisi sosio intelektual saat itu tidak memungkinkan untuk dapat menerimanya. Jika hal itu disampaikan akan menimbulkan polemik yang pada gilirannya akan merusak puing-puing agama, bahkan memalingkan umat dalam jalan Allah SWT.
               Salah satu pandangan moderat beliau yang merupakan hasil usaha pemikiran moderasi Islam dan bertujuan sebagai sifat “toleransi sosial” adalah ketika beliau menafsirkan sebuah ayat al-Qur’an dalam surah al-Israa’ ayat 110:
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
“Katakanlah (wahai Muhammad): Serulah nama "Allah" atau nama "Ar-Rahman", yang mana sahaja kamu serukan (dari kedua-dua nama itu adalah baik belaka); kerana Allah mempunyai banyak nama-nama yang baik serta mulia, Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula terlalu merendahkannya”. al-Israa’: 110.
               Beliau berkata: “Kalau sekiranya mengeraskan suara dilarang dalam shalat, maka tentunya meninggikan suara setinggi-tingginya lebih dilarang dalam agama, seperti menggunakan alat pengeras suara “Microfon”, sebab perbuatan ini akan mengganggu orang disekeliling, bukankah Allah telah nyatakan dalam al-Qur’an:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka hendaklah kamu semua mendengarnya dan diam, mudah-mudahan kamu semua beroleh rahmat”. al-A’raf: 204
               Ketika anda mengeraskan suara dalam membaca al-Qur’an menggunakan microfon, maka anda secara tidak langsung memaksakan dan mewajibkan diam bagi orang yang mendengarkan bacaanmu, sehingga anda akan membuatkan mereka terganggu, dan jika mereka tidak diam mendengarkan bacaanmu maka anda akan menyeret mereka dalam perbuatan dosa (disebabkan tidak mendengar bacaanmu), bukan itu saja, bahkan anda akan merusak aktiviti orang lain, kemungkinan mereka pada waktu yang sama sedang atau ingin membaca al-Qur’an juga, atau beristighfar, atau bertasbih ataupun shalat. Bagaimana boleh amalan anda yang hanya dianggap mandub dalam syari’at, mampu memaksa dan mengatur amalan orang lain. Sungguh perbuatan ini tidak boleh dilakukan, oleh karena itu janganlah sekali-kali mengganggu ketenangan orang lain, biarkan mereka bebas dengan urusan sendiri untuk berbuat amalan nawafil dan sebagainya, dan jangan menjadi orang yang digambarkan dalam al-Qur’an
(Merasa Baik Perbuatannya, Sementara Tidak Demikian):
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka sudah berbuat sebaik-baiknya”. Al-Kahfi :103.
Bagi pandangan beliau, amalan-amalan di atas memang tidak memiliki dasar dalam ajaran syari’at Islam, bahkan beliau nyatakan dengan contoh realita di masyarakat modern saat ini dan berkata dengan tegas: “seperti orang yang menyalakan microfon sebelum masuknya shalat subuh, ia membaca beberapa bacaan nasyid yang tiada dasar dalam agama, akibat perbuatannya, orang disekeliling menjadi terganggu, orang yang sakitpun tidak merasai ketenangan, sesungguhnya orang seperti itu sebenarnya tidak sama sekali memiliki rasa toleransi dan tidak menghiraukan keadaan sekelilingnya, sampai kapankah hal ini berlaku? Sampai kapankah ia sadar tentang hal ini, sementara perbutannya justru menganggu ketenangan manusia, nahkan dapat merusak amalan ibadah orang lain? ...
Sila rujuk:
Tafsir al-Sya’rawi jilid 14/halaman 8815 - 8816.



 Sumber: Catatan oleh Kamaluddin Nurdin Al-Bugisy di Facebook



Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Rabu, 20 Agustus 2014

Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah

Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
oleh Michael H. Hart
--------------------------------------------------------------------------------

01. NABI MUHAMMAD (570 SM - 632 SM)

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

Tapi, penaklukan besar-besaran --di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab-- itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan

Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 - 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.

02. Isaac Newton
03. Nabi Isa
04. Buddha
05. Kong Hu Cu
06. St. Paul
07. Ts'ai Lun
08. Johann Gutenberg
09. Christopher Columbus
10. Albert Einstein
11. Karl Marx
12. Louis Pasteur
13. Galileo Galilei
14. Aristoteles
15. Lenin
16. Nabi Musa
17. Charles Darwin
18. Shih Huang Ti
19. Augustus Caesar
20. Mao Tse-Tung
21. Jengis Khan
22. Euclid
23. Martin Luther
24. Nicolaus Copernicus
25. James Watt
26. Constantine Yang Agung
27. George Washington
28. Michael Faraday
29. James Clerk Maxwell
30. Orville Wright & Wilbur Wright
31. Antone Laurent Lavoisier
32. Sigmund Freud
33. Alexander Yang Agung
34. Napoleon Bonaparte
35. Adolf Hitler
36. William Shakespeare
37. Adam Smith
38. Thomas Edison
39. Antony Van Leeuwenhoek
40. Plato
41. Guglielmo Marconi
42. Ludwig Van Beethoven
43. Werner Heisenberg
44. Alexander Graham Bell
45. Alexander Fleming
46. Simon Bolivar
47. Oliver Cromwell
48. John Locke
49. Michelangelo
50. Pope Urban II
51. Umar Ibn Al-Khattab
52. Asoka
53. St. Augustine
54. Max Planck
55. John Calvin
56. William T.G.Morton
57. William Harvey
58. Antoine Henri Becquerel
59. Gregor Mendel
60. Joseph Lister
61. Nikolaus August Otto
62. Louis Daguerre
63. Joseph Stalin
64. Rene Descartes
65. Julius Caesar
66. Francisco Pizarro
67. Hernando Cortes
68. Ratu Isabella I
69. William Sang Penakluk
70. Thomas Jefferson
71. Jean-Jacques Rousseau
72. Edward Jenner
73. Wilhelm Conrad Rontgen
74. Johann Sebastian Bach
75. Lao Tse
76. Enrico Fermi
77. Thomas Malthus
78. Francis Bacon
79. Voltaire
80. John F. Kennedy
81. Gregory Pincus
82. Sui Wen Ti
83. Mani
84. Vasco Da Gama
85. Charlemagne
86. Cyrus Yang Agung
87. Leonhard Euler
88. Niccolo Machiavelli
89. Zoroaster
90. Menes
91. Peter Yang Agung
92. Meng-Tse (Mencius)
93. John Dalton
94. Homer
95. Ratu Elizabeth I
96. Justinian I
97. Johannes Kepler
98. Pablo Picasso
99. Mahavira
100. Neils Bohr

--------------------------------------------------------------------------------
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat



Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Senin, 18 Agustus 2014

Peradaban Islam Bangkit Dari Indonesia

Peradaban Islam Bangkit Dari Indonesia


Drs. Masdar F Mas’udi ~ Dewan Penasehat ICMI Pusat
Sampai sekarang dunia Islam belum jelas sosoknya. Mana yang akan menjadi pemimpin dunia Islam. Kita bisa mencatat dalam percaturan global ini pemain-pemainnya adalah blok-blok peradaban, yang dari waktu ke waktu memang bisa diuji oleh dirinya sendiri dan jaman. Kita bisa catat juga, blok-blok peradaban sebagai pemain global ini, yang memiliki daya tahan hidup yang panjang, hanya blok peradaban berbasis nilai transenden keagamaan. Kalau hanya berbasis nilai sekular apalagi ateistik bisa saja memainkan peranan, tapi usianya pendek.

Belum Punya Negara Inti
Blok peradaban Komunisme pernah hampir merajai dunia, berusia tidak sampai satu abad. Naziisme pernah menjadi pemenang perang dunia, lebih pendek lagi usianya. Tidak sampai 15 tahun. Tapi peradaban yang dibangun atas dasar nilai transenden keagamaan dan spiritualitas, usianya ribuan tahun. Paling muda Islam.  Barat dengan Kristianisme  sudah lebih dari duaribu tahunan. Cina dengan Budhisme kurang lebih 3 ribuan tahun. Begitu juga India dengan Hinduisme. Itulah pemain dunia sekarang secara ekonomi, politik, dsb. Tinggal ditunggu dari blok peradaban Islam.yang belum muncul kembali. Ibarat meja dunia ini hanya ditopang tiga kaki sehingga llabilitas global sangat terasa.
Sekarang yang menjadi bulan-bulanan adalah blok dunia Islam. Salahsatu pejelasannya karena belum ada yang disebut Huntington sebagai ‘Negara Inti’.  Blok peradaban ini kuncinya: Negara. Sebelum ada negara belum bisa menjadi pemain global. Ketika pendiri bangsa ini mencita-citakan, salasatu muara dari kemerdekaan adalah memajukan perdamaian dunia. Ada cita-cita yang sangat tnggi sekali. Indonesia selayaknya bisa menjadi negara inti dari blok peradaban Islam. Memang menurut para pengamat, dari  50 negara lebih; dari Maroko sampai Merauke, yang paling memenuhi syarat adalah Indonesia.
Turki memang menonjol. Tapi sebagai pemimpin peradaban Islam yang mesti setara dengan blok-blok peradaban lain, pemimpin dunia Islam harus memiliki mentalitas yang juga setara. Turki ada persoalan psikologis dengan Barat. Sudah 40 tahun Turki ingin menjadi bagian dari Eropa tapi tetap ditolak karena dianggap lebih rendah martabatnya. Tapi menjadi bagian dari Blok Timur (Islam), dia menganggap dirinya terlalu tinggi. Ini yang membuat dia repot. Di samping itu juga secara kekayaan alam sangat terbatas.
Bagaimana dengan Iran? Persoalan besar sebagaimana kita baca dalam bocoran Wikileaks. Pasti Iran akan ditolak menjadi kekuatan the Leader of Muslim World oleh Negara-negara Teluk dibawah pimpinan Arab Saudi. Karena dalam rahasia itu diungkap yang paling getol memprovokasi Amerka dan Israel agar menghabisi pengelolaan tenaga nuklir Iran justru Arab Saudi.
Pun Arab Saudi, terlalu  kecil dari sudut daerah juga kekayaan alamnya terbatas. Yang tak akan habis sebagai potensi ekonomi adalah dua kota suci itu.Ka’bah atau Madinah. Tap kalau wacana internasionalisasi dua kota suci terjadi, saya kira juga habis. Jadi  memang tinggal Indonesia, dan tanpa ada the Leader-nya blok peradaban Islam  tidak akan bisa menjadi pemain yang diperhitungkan.
Sesungguhnya dari berbagai aspeknya Indonesia sudah memiliki kekayaan dan luas wilayah luar biasa. Islamnya dianggap memadai untuk ke depan dan ada visi  inklusif yang kuat meski ada godaan-godaannya. Inilah sesungguhnya tantangan spiritualitas kita sebagai andalan dunia Islam, dengan segala potensi yang dimiliki masih berada pada situasi seperti ini.
Kita mencatat ada beberapa kendala yang cukup serius. Pertama, begitu banyak kekayaan kita yang dimanfaatkan lebih banyak oleh pihak asing ketimbang untuk rakyat kita.  Kedua, persoalan korupsi dalam praktek birokrasi. Ini tantangan yang membuat kepercayaan dunia merendah. Ketiga, unsur-unsur keislaman sebagai anutan mayoritas yang makin tidak merasa at home dengan Indonesia. Karena ada cita-cita yang sampai sekarang masih ditancapkan dalam hati dan belum kunjung selesai. Yaitu kalau Indonesia harus menjadi pemimpin dunia Islam, bagaimana negeri yang besar dengan umat Islam paling banyak di dunia ini,  tidak secara resmi men-declare sebagai negara Islam?

Tidak Sekadar Label ‘Negara Islam”
Ini juga merupakan problem ideologis dan politis di internal umat Islam sendiri, yang sudah membuat sikap batin kita kepada Indonesia kadang seperti sikap orang yang menumpang hidup/ ngontrak. Kita tidak merasa ini adalah rumah kita. Sikap setengah hati dari umat Islam seperti ini adalah problem besar. Kalau umat Islam terus mempertahankan sikap tersebut, hanya karena formalitas negeri ini tidak disebut sebagai negara Islam, ini akan makin terpuruk.
Bagaimana ber-istiqamah dan merasa at home? Negeri ini adalah negeri umat Islam sebagai umat yang mayoritas sekaligus janji Tuhan rahmat bagi semesta. Apakah memang harus ditampung aspirasi formalisme (sebutan ‘Negara Islam’)? Kalau formalisme sebutan (labeling) itu menjadi pertaruhan, mestinya ketika Nabi Muhammad Saw mendirikan negar Madinah,  beliau dengan penuh keyakinan menyebut Madinah sebagai negara Islam Madinah. Tapi sebutan itu tidak ada dalam dokumen apapun. Yang disebut hanya Negara Madinah. Seperti Negara Indonesia dikaitkan  kebangsaannya .
Memang dalam dokumen Hadis juga Fiqih dan Tarikh, ada sebutan ‘Daulah Islamiyah’ atau ‘Darul Islamiyah’. Tapi sebutan itu sebenarnya hanya diberi arti sosioligis: ‘Negeri yang dihuni mayoritas beragama Islam’. Dalam pemahaman seperti inilah Indonesia menjadi anggota dari konferensi negara-negara Islam. Kita bukan negara Islam, kenapa kita menjadi anggota konferensi negara-negara Islam? Karena yang kita pahami dari ‘Darul Islamiyah’ ini adalah sosiologis, bahwa secara sosial penduduk negeri ini memang  penganut agama islam. Tapi pemahaman negara Islam secara ideologis formil politis baru muncul ketika lahir negara Zionisme Israel. Kalau ada negara Yahudi Zionis kenapa tidak ada negara Islam? Maka sebenarnya itu barang baru. Dalam bahasa hadisnya ini muhdasatil umur.
Kedua, kenapa Nabi Muhammad Saw tidak menyebut Negara Madinah dengan sebutan Negara Islam? Memang kelihatannya ini persoalan kecil. Tapi ketika agama dipakai sebagai label formil sebuah lembaga kekuasaan, lebih-lebih yang namanya negara, yang terjadi agama yang dilabelkan itu bukannya menginspirasi para penguasanya bertindak seagung ajaran yang diambil sebagai label itu, justru memprovokasi penguasanya untuk bertindak seolah dia wakil agama yang tidak dapat disalahkan.
Maka, hampir semua negara agama yang resmi menyebut dirinya negara agama itu, lazimnya adalah negara dengan pemimpin otoriter absolut dan tidak mau dikritik. Karena dia merasa sebagai personifikasi dari agama. Inilah hikmahnya kenapa Nabi Muhammad tidak mengintrodusir sebutan Negara Islam Madinah padahal tidak  seorang pun bisa menghalangi itu kalau beliau mau.
Ketiga, apakah Islam tidak punya konsep tentang negara?  Saya yakin dan seyakin-yakinnya Islam punya, karena negara adalah sesuatu yang sangat  powerful di muka bumi setelah Tuhan. Maka kalau individu-individu dengan power-nya terbatas itu dibimbing ajaran moral, kenapa negara sebagai kekuatan kemanusiaan kolektif tidak dibimbing ajaran moral yang luhur?

Konsep Islam tentang Negara
Persoalannya memang bukan sekadar kendali label tapi kendali moral. Maka Islam juga punya konsep tentang negara. Ada dua yang pokok Pertama, negara harus bermuara kepada cita-cita keadilan dan keadilan, adalah sebuah nilai moral yang inklusif, tidak memandang asal-usul, warna kulit dll. Jangan sampai perasaan perkauman kita menodai komitmen kita untuk menegakkan keadilan. Dalam bahasa orang pesantren keadaan itu ekspesi dari sifat rahman Allah bukan rahim. Kepada siapapun apakah dia muslim atau tidak, manusia atau binatang, semua mendapat rahmat Allah di dunia.
Orang beragama Islam tapi malas dan tidak jujur pasti gagal dan dibenci orang. Tapi orang beragama apapun dia jujur bekerja keras, ulet, santun, dia pasti dihormati orang. Itulah hukum rahman Allah. Baru nanti rahim berbicara di akhirat berdasarkan preferennsi iman. Dunia ini adalah ekspresi aktualisasi rahman Allah. Kita menjadi muslim kalau tidak 100 %, 90 % karena kita terlahir dari keluarga muslim. Coba kita lahir di Eropa, Amerika latin atau Afrika. Hampir bisa dipastikan kita akan beragama lain. Jadi kita tidak bisa mendiskriminasi orang berdasarkan keyakinan. Allah yang punya kuasa Inklusivitas Islam di Indonesia sangat memadai untuk menjadi salahsatu kekuatan  Indonesia sebagai the Leader.
Kedua, prinsip yang digariskan Islam tentang negara kalau keadilan adalah tujuannya, dalam sebuah ungkapan yang sering dikutip juga oleh berbagai penceramah diikutip dari ibn Qayyim, ibn Taymiyah dan Ibn Aqil mengatakan; Allah akan meridhai negara yang adil meskipun kafir. Mungkin kafir di sini naksudnya tidak menyebut diri sebagai negara agama. Sebaliknya Allah bakal tidak sudi menolong negara yang zalim meski ia menyebut diri sebagai negara Islam. Inilah rahman Allah untuk kehidupan kita di dunia.
Prinsip yang digariskan Islam tentang negara adalah manhaj-nya. Kalau tujuannya (ghayah) adalah keadilan untuk semua (inklusif), maka wasilah/manhaj -nya adalah wa amruhum syura bainahum (urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka)  ‘Hum’- nya siapa? Semua stakehodler. Ini dua prinsip negara dalam Islam. Kita lihat dalam bangunan konsep dan landasan filosofis kebernegaraan kita, Jelas sekali sila kelima keadilan sosial sebagai ghayah-nya. Dan ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah kebijaksanaan dalam permusyawartan/ perwakilan’ ini adalah manhaj-nya.
Jadi sangat luar biasa dari sudut konsep. Ada  ‘… syura bainahum’ (sila keempat), masih ditambah tiga sila; Persatuan Indonesia (ukhuwah wathaniyah), Kemanusian yang beradil dan beradab (karramatul insan wal tukarrama bani adam) dan Ketuhanan YME. Jadi sudah lebih dari yang dipersyaratkan. Memang kita tidak menyebut pancasila dengan bahasa Arabistik. Sebagian saudara kita mericek karena tidak dikemukakan dalam bahasa Islam.
Bapak dan ibu sekalian. Jadi tidak ada lagi alasan bagi umat Islam untuk bersetengah hati dengan Republik ini. Tidak boleh lagi ada keraguan Sikap ini harus dikikis agar tidak habis energi yang harusnya kita kerahkan sepenuhnya untuk membangun negeri  ini. Saya yakin negeri ini memang diperuntukkan untuk umat Islam. Tuhan telah memberikan negara-negara besar bagi umat agama lain.
Kalau ini bisa kita bulatkan dan ICMI menggerakkan itu, akan lebih cepat kebangkitan negeri ini. Memang ada masalah-masalah yang kita hadapi sekarang tapi tidak boleh membuat kita putus asa. Ini justru bisa menjadikan kita stimulan untuk bekerja lebih keras dan membangun komitmen yang lebih hebat lagi.  Tentu saja bukan berarti syariat Islam tidak dapat ditegakkan di sini. Ini penting bagi umat Islam agar kita tidak ikut menambah rumitnya negara ini dengan menggugat hal-hal yang sebetulnya bisa kita atasi. Negeri ini sudah sangat Islam. Tinggal bagaimana kita secara formil konsep aktualisasi. Sekali lagi, kegagalan ini salahsatu di antara kita yang masih setengah hati. Mudah-mudahan ke depan kita akan sepenuh hati mendukung negeri ini menjadi baldatun tayyibah warabun gafur.  
Tausyah di Kediaman Wakil Utama Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, Prof. Dr. M. Nuh (14/8/12).




Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya