Email: tafsirhadits@ymail.com / emand_99@hotmail.com

Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Agustus 2020

IBADAH QURBAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN DI ERA PANDEMI COVID-19


Oleh:

Dr. Sulaiman Ibrahim, M.A.

Disampaikan pada hari Raya Id Adha 10 Zulhijjah 1441 H./31 Juli 2020 di Mesjid Daruttaqwa Kp. Bugis Kota Gorontalo

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر الله X 9

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحن الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون، لا إله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

الحمد لله جعل هذ اليوم عيدا للمسلمين وجعل عبادة الحج وعيد الأضحي من شعائر الله وأحيائها من تقوي القلوب. اشهد ان لا اله إلا الله وحده لا شريك له اله العالمين، واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله المبعوث رحمة للعالمين بشيرا ونذيرا وداعيا الي الله بإذنه وسراجا منيرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد افضل من حج واعتمر وعلي اله واصحابه احمعين.

أما بعد : فيا عباد الله اتقوا الله تعالي واعلموا ان يومكم هذا يوم فضيل وعبد شريف حليل، رفع الله تعالى قدره واظهر، وسماه يوم الحج الأكبر، الله أكبر x 3

واستمعوا الى قول الله تعالي في القرآن العظيم وهو أصدق القائلين : اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم : إنا اعطيناك الكوثر، فصل لربك وانحر، إن شانئك هو الأبتر، ... ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب

Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd

Kaum Muslimīn/Muslimāt Rahimakumullāh !

Di pagi hari yang penuh berkah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita ruku’ dan sujud sebagai pernyataan taat kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah SWT. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.

Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapa pun perkasa, kita lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

 

Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd

Kaum Muslimīn/Muslimāt Rahimakumullāh !

Ada dua peristiwa penting yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha. Kedua peristiwa tersebut adalah ibadah haji dan qurban. Namun pada situasi saat ini, kedua ibadah tersebut harus dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum mereda. Tentunya ketentuan Allah SWT ini tidak boleh serta merta menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita harus meyakini bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap ketetapan yang diberikan oleh Allah SWT.   

Seperti kita ketahui bersama, akibat pandemi COVID-19 yang mewabah di berbagai penjuru dunia. Jamaah haji Indonesia tahun 2020 tidak diberangkatkan ke Tanah Suci.  Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah dari tertular virus corona.  Pemerintah Arab Saudi pun tidak mengizinkan jamaah dari luar negeri untuk menjalankan rukun Islam kelima ini.  Hanya warga Arab Saudi dan warga asing yang berada di Arab Saudi saja yang diperkenankan melaksanakan ibadah haji. Dan itu pun dengan pembatasan jumlah dan peraturan yang sangat ketat. Bagi calon jamaah haji tahun 2020, keputusan ini tentu sangat berat untuk diterima. Setelah sekian lama menunggu antrian kuota haji dengan berbagai macam usaha untuk melunasi ongkos naik haji (ONH), namun giliran saatnya berangkat harus mengalami penundaan. 

Namun ada hikmah besar yang bisa diambil dari keputusan ini di antaranya adalah kesabaran dan kepasrahan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Qur’an Surat Al-Anfal ayat 46:   

وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ   

“Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.  

Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd

Melalui Idyl Adha ini, kita membina solidaritas umat dengan cara berqurban sebagai kelengkapan bahan makanan pokok, berupa daging sapi dan atau kambing, kita hadiahkan kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya. Jadi dalam membina solidaritas umat, rasanya tidak lengkap jika kita telah berzakat namun belum berqurban. Dengan demikian, penyembelihan hewan qurban selama empat hari berturut-turut yang disyariatkan Allah setelah perayaaan Idul Adha ini, merupakan test training atas ketaqwaan kita, karena yang dinilai oleh Allah di sini bukanlah daging qurban atau darah hewan itu, melainkan motivasi untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan agar kita menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Dalam QS. al-Hajj (22): 37 Allah berfirman :

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang sampai kepada-Nya

Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd

Saking urgennya ibadah qurban ini, maka Nabi saw sangat mengecam umatnya yang berkemampuan, tetapi mereka enggang berqurban:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا (رواه ابن ماجه واحمد)

Dari Abu Huraerah bahwa Nabi saw bersabda: Barang siapa yang berkecukupan, lalu tidak berqurban maka janganlah sekali-kali mendekati ke mesjid kami (Hadis Riwayat Ibn Mājah dan Imam Ahmad)

Kaum Muslimīn/Muslimāt Rahimakumullāh !

Nabi saw juga mengajarkan agar hewan yang diqurbankan itu, haruslah sempurna, tanpa cacat. Ini memberi petunjuk bahwa dalam berqurban haruslah dalam batas maksimal, jangan setengah-tengah, jangan tanggung-tanggung, demi mencapai derajat ketaqwaan. Di sini dipahami bahwa berqurban dengan hewan yang cacat sangat dicela agama. Di sisi lain, kita diperintahkan untuk berqurban adalah dalam rangka menghilangkan sifat-sifat dan perilaku tercela yang dimiliki hewan atau binatang yang kadangkala, bahkan sering bercokol pada diri kita masing-masing. Sifat-sifat dan atau perilaku kebinatangan yang ada pada diri manusia ada empat tipe, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ja’far al-Shadiq sebagai berikut:

أَرْبَعُ خِصَالٍ مِنَ النَّاسِ كَالْحَيَوَانِ وَيَقُوْمُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ كَالحَيَوَانِ، كَالجِنْـزِيْر، كَالكَلْب، كَالقِطّ، كَالفَأْر.

Ada empat kelompok dari segolongan manusia yang berperilaku seperti binatang, dan mereka akan dibangkitkan di hari hari kiamat kelak dengan muka seperti binatang babi, anjing, kucing, tikus.

Artinya, perilaku babi yang sarakah, harus kita hindari; perilaku anjing yang selalu menjilat-jilat (ccm), harus kita tekan; perilaku kucing yang munafik, harus kita tanggalkan; dan perilaku tikus yang onar dan jorok, harus kita penggal. Inilah antara lain tujuan ibadah qurban, yakni membuang jauh-jauh perilaku kebinatangan tersebut dari diri kita masing-masing.

Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd

Kaum Muslimin/Muslimat ….

Syariat berqurban pada mulanya, secara tegas dan jelas digambarkan oleh Alquran melalui kisah Nabi Ibrahim as dan Ismail as. Allah swt memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk mengqurbankan Nabi Ismail as, putra kesayangannya, buah hatinya, sibiran jantungnya, anak semata wayangnya. Dalam QS. al-Shaffāt (37): 102, Allah berfirman ;

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu (Ismail) sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku men-sembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia (Ismail) menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Allahu Akbar 3x, wa Lillā al-Hamd

Tidak dapat kita bayangkan betapa berat dan hebatnya goncangan jiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim as ketika menerima perintah Allah itu. Bahkan ia mengalami konflik batin dan hampir-hampir ia pingsan ketika mendengar jawaban polos dari anaknya Nabi Ismail as “wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu”.

Yang menjadi pertanyaan, masih adakah remaja kita sekarang seperti Nabi Ismail as yang rela mengorbankan jiwanya di jalan Allah swt.? Masihkah anak-anak kita sekarang senantiasa menuruti perintah ayahnya terutama ibunya ?

Agama kita menegaskan bahwa Ayah dan Ibu adalah dua tokoh utama yang harus dihormati dan dimuliakan. Allah swt melalui berbagai firman-Nya menganjurkan hamba-Nya untuk berbakti kepada kedua orangtua.

Dia Allah swt sangat memuji beberapa rasul karena bakti mereka kepada ibu-bapaknya. Pujian terhadap Nabi Yahya as, terdapat dalam QS. Maryam (19): 14 ;

وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.

Tentang kasih sayang dan bakti Nabi Isa as, dalam QS. Maryam (19) : 32 ;

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Nabi Yusuf as, sangat mencintai dan menghormati kedua ibu-bapaknya, dalam QS. Yusuf (12) : 10 ;

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ

Dan ia (Nabi Yusuf as) menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana.

Melalui Nabi Muhammad saw, untuk ummatnya, diayat antara lain dalam QS. al-Isrā (17): 23

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Berdasar dengan ayat-ayat tersebut, dapat dipahami bahwa orang tua memiliki kedudukan yang sangat signifikan. Bahkan boleh dikata bahwa; sekiranya Allah swt “tidak ada” maka orangtualah yang harus disembah.

Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd

Alqamah sahabat Nabi saw, yang sangat taat beribadah, suatu saat ia shalat dan ia mendengar panggilan ibunya. Setelah shalat, ia terlambat memenuhi panggilan ibunya itu, singkat kisahnya, Alqamah tidak mampu mengucapkan kalimat “syahadat” di akhir kematiannya.

Kisah singkat di atas, mengajak kita untuk membayangkan kedua orang tua kita masing-masing, dan bertanya dalam lubuk hati yang paling mendalam: sudah seberapakah pengabdian kita kepada orang tua? Sampai dimana usaha kita telah membantu orang tua? Apakah kita selama ini tetap menyayangi mereka keduanya sampai berumur lanjut ?

Ibu dengan susah payah merawat kita sejak dalam kandungan, dan ibu telah mempertaruhkan nyawanya, antara hidup atau mati sesaat kita akan dilahirkan. Wajar jika Nabi saw bersabda:

اَلْجَنَّةُ تَحْتَ اْلأقْدَامِ أُمَّهَات (رواه البخار ومسلم)

Surga terletak di telapak kaki ibu (HR. Bukahri Muslim)

Demikian pula bapak yang tanpa mengenal panas dan hujan mencari rezki untuk menghidupi kita, memberikan segala apa yang kita inginkan, sejak kita masih kecil, Dia telah bermandikan keringat mencari nafkah untuk kelangsungan hidup kita semua. Wajar jika Nabi saw bersabda :

أَبَرُّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أَبِيهِ (رواه ابوداود)

Kebaktian yang paling agung adalah seorang anak tidak putus-putus berbuat baik kepada ayahnya (HR. Abu Dawud)

Allāhu Akbar 3x Walillahi al-Hamd

Besar dan tulusnya kasih sayang dan pengorbanan ayah dan ibu, tidak dapat diukur oleh sesuatu pun. Sejak kita kecil, mereka membiayai kita, lalu pernakah kita merasa membiayai mereka, atau sekurang-kurangnya memberikan uang saku ala kadarnya kepada kedua orang tua?, kalau memang pernah, baru seberapa banyakkah biaya kita yang keluar untuk kebutuhan mereka? baru seberapa banyak pakaian yang kita belikan kepadanya? baru seberapa rupiah uang yang kita berikan kepadanya?. Jangan-jangan kita yang sudah berkeluarga, justeru lebih mencintai isteri atau suami dan mengesampingkan cinta kepada orangtua. Sejak kecil mereka mendoakan kita, nah apakah kita selalu mendoakan mereka ?

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Inilah hikmah terbesar dari peringatan hari besar IDUL QURBAN yang sedang kita peringati hari ini, bukan hanya untuk memperingati peristiwa sejarah kemanusian itu saja, namun juga, disamping sebagai momentum untuk membersihkan jiwa dan pikiran kita dari penyakit kehidupan yang mematikan, seperti korupsi, manipulasi, menyalahgunakan jabatan dan penyakit kejiwaan lainnya yang tidak kalah mematikan, seperti iri, dengki, hasud, dendam dan sombong yang bisa berujung fitnah dan adu domba, juga untuk membangkitkan semangat dan kesadaran jiwa kita, dimana setiap pribadi Muslim harus siap berkorban untuk kebahagiannya sendiri. Setiap kita harus siap menyongsong keberhasilan dan peningkatan hidup dengan perjuangan dan pengorbanan. Dimulai dari diri sendiri untuk tidak berpangkutangan saja dan bermalas-malasan dan ketika berakibat buruk pada kehidupannya kemudian orang mengkambinghitamkan nasib dan takdir. Padahal nasib dan takdir itu harus dimulai dari diri sendiri, “siapa beramal sholeh maka itu untuk dirinya sendiri, dan siapa berbuat jahat akibatnya akan ditanggung sendiri”. Maksudnya, barangsiapa menanam kebaikan, akan menuai kebajikan dan barangsiapa menanam kejahatan dan kemalasan akan menuai kehancuran. Itu berlaku untuk diri sendiri bukan untuk orang lain, itulah sunnahtullah yang tidak ada perubahan untuk selama-lamanya.

Akhirnya, melalui khutbah Idyl Adha 1441 H ini, semoga dapat menyadarkan kita untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua yang masih hidup. Bagi mereka yang telah meninggal orang tuanya, juga tetap termotivasi untuk mendoakan orangtua kita. Serta menjauhkan diri kita dari sifat-sifat kebinatangan.. Amin ya Rabbal Alamin..

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ(1)فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(2)إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ(3)

بارك الله لى ولكم فى القرآن الكريم، ونفعنى واياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل الله منى ومنكم تلاوته، إنه هوالسميع العليم.[]

 

KHUTBAH KEDUA

الله أكبر 7 x ،

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحن الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون، لا إله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

الحمد لله حمدا كثيرا كما أمر، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، ارغاما لمن جهد به وكفر، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، سيد الإنس والبشر، اللهم صل وسلم على هذا النبين المختار سيدنا الكريم سيدا محمد وعلي اله وأصحابه الابرار.

فيا عباد الله اوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون واحثكم علي طاعة الله ورسوله لعلكم ترحمون. وقال الله تعالى في القرأن العظيم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون . وقال أيضا، إن لله وملا ئكته يصلون علي النبي، ياأيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.

اللهم صل وبارك علي سيدنا محمد وعلى ال محمد كما صليت وباركت على إبراهيم وعلى ال إبراهيم فى العالمين انك حميد مجيد. اللهم ارض عنا معهم برحمتك ياارحم الراحمين، اللهم انا نسئلك ايمانا كاملا ورزقا واسعا ويقينا صادقا وعملا مقبولا، يا أرحم اراحمين، اللهم نسئلك رضاك والجنة ونعوذبك من شخطك والنار، وتقبل منا صلاتنا وقيامنا وسجودنا وتخشعنا وتعبدنا يا ارجم الراحمين. اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل مالمسلمين ودمر اعداء الدين، اللهم اجعل بلدتنا هذه اندونيسية آمنة سكينة مطمئنة وسائر البلدان المسلمين. آمين يا رب العالمين، اللهم ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفىالآخرة حسنة وقنا عذاب النار

الله أكبر 7 x ، ولله الحمد، عباد الله، ان الله يأمر بالعد والاحسان وايتاءذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون، واشكروه على نعمه يعظكم ولذكر الله أكبر...

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 


Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Rabu, 21 Januari 2015

RumahTangga Bahagia

Oleh: Ahmad Thib Raya

RUMAH TANGGA BAGAIKAN BAHTERA. Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bahtera karena banyak sekali kesamaannya. Salah satunya adalah bahwa rumah tangga berlayar menuju suatu tujuan yang telah ditentukan, yaitu pantai bahagia yang penuh sakinah, sedangkan bahtera berlayar menuju suatu tujuan, yaitu pantai keselamatan. Rumah tangga dan bahtera sama-sama memiliki kapten dan nahoda. Kapten di dalam rumah tangga adalah suami, dan nahodanya adalah isteri. Keduanya harus bekerjasama dalam membawa bahtera rumah tangganya menuju pantai bahagia yang penuh sakinah. Dalam perjalanan rumah tangganya, mereka pasti mengalami berbagai gelombang kehidupan, sekali-sekali gelombang tinggi, sekali-sekali gelombang rendah, dan sekali-sekali tanpa gelombang sedikitpun, dengan susana yang penuh ketenangan. Keduanya harus selalu siap untuk menghadapi barbagai gelombang kehidupan rumah tangga akibat badai, yang kadang-kala datang secara tiba-tiba dari berbagai penjuru, tanpa diduga sebelumnya. Untuk menghadapi berbagai susana ini, pasangan suami isteri harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar rumah tangga mereka tidak hancur dan tenggelam karena badai yang dahsyat. Agar sakinah yang menjadi tujuan kehidupan rumah tangga dapat dicapai, maka yang pertama-tama yang karus dilakukan oleh suami dan isteri adalah mempertahankan dan memantapkan cinta, mawaddah, rahmah, dan amanah secara sinerjis dan timbal balik di antara mereka. Yang kedua adalah menjalin hubungan yang sangat harmonis dengan kedua orang tua dan mertua karena keridaan Allah datang kepada mereka dari keridaan orang tua dan mertua. Yang ketiga adalah menjaga hubungan silaturrahim dengan siapapun karena hubungan silaturrahim yang baik dengan sesama melahirkan curahan rahmat Allah yang luas. Bertambah luas silaturrahim itu dilakukan oleh suami-isteri maka bertambah luas pula rahmat Allah yang datang kepada mereka. Yang keempat adalah senantiasa mengingat Allah dengan taat beribadah kepada-Nya dan senantiasa memohon doa kepada-Nya, baik dalam suasana suka maupun duka, dalam suasana senang maupun dalam suasana susah agar karunia, rezeki, dan rahmat-Nya selalu tercurah kepada mereka. Kalau Allah ingin menurunkan rahmat-Nya, tidak ada satupun manusia yang sanggup menghalanginya, dan kalau Allah menahan rahmat-Nya, maka tidak satupun manusia yang sanggup menurunkannya. Yakinlah bahwa tidak ada satupun manusia yang hidup yang tidak mengalami masalah, semua pasti mengalami masalah. Curahan rahmat Allah kepada kita membuat kita mampu menghadapi berbagai masalah kehidupan dengan penuh syukur dan sabar. Semoga sakinah dalam rumah tangga kita dapat dicapai tidak hanya untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk kebahagiaan akhirat. Amin. Wallahu a’lam bi al-shawab. Jakarta, Selasa pagi, 20-01-2015.








Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Rabu, 24 Desember 2014

ISLAM DAN POLITIK DI MALAYSIA: Sejarah Sosial dan Pertumbuhan Institusi Islam Malaysia



 Oleh: Sulaiman Ibrahim

Wacana kontemporer mengenai peran politik Islam dan aplikasinya sangat dipengaruhi oleh Barat, yang secara umum berupa reaksi positif dan negatif terhadap cara hidup. Saat ini umat Islam dihadapkan pada keunggulan teknologi, militer, ekonomi dan penaruh kebudayaan Barat yang deras, sehingga membuat umat Islam merasa dipaksa untuk memfokuskan diri pada tantangan modernitas dalam berbagai dimensinya. Sebagai akibatnya, kebutuhan untuk menilik dan mendifinisi ulang posisi Islam telah menjadi sesuatu yang mendesak. Dan perbincangan berkaitaan dengan masalah itu telah menimbulkan dua arus utama pemikiran politik di antara para ulama ahli fiqih dari kalangan intelektual.[1]
Tantangan terbesar yang dihadapi banyak masyarakat muslim dewasa ini adalah tantangan perubahan. Bagaimana seseorang mendamaikan ajaran-ajaran keyakinannya dengan modernitas, pluralitas, perubahan zaman dan lingkungan.
Seringkali Islam dianggap sebagai cara hidup dan sumber jalan keluar dari segala penyakit dan ketidakadilan yang menimpa masyarakat. Tampaknya, orang-orang yang berpaling kembali kepada Islam itu tidak becus mengatasi tantangan besar yang dimunculkan dan tidak berdaya untuk membuktikan bahwa mereka mampu berkuasa dan membawa perubahan, menurut jalan Islam.[2]
Agenda Islam di banyak negara muslim juga dinominasi oleh wacana kelompok-kelompok Islam yang menuntut pendirian negara Islam dan penerapan syari’ah. Dalam pandangan dunia kelompok ini terdapat sedikit ruang bagi pendapat-pendapat yang berbeda, bahkan ruang itu juga begitu sempit untuk menampung kelompok-kelompok Islam progresif yang ingin melakukan perubahan dari dalam tubuh agama itu sendiri.[3]
            Pencarian konsep tentang negara  oleh para ulama politik mengandung dua maksud. Pertama, untuk menemukan  idealitas Islam tentang negara (menekankan aspek teoritis dan formal), yaitu mencoba menjawab pertanyaan, ”bagaimana bentuk negara dalam Islam”. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa  Islam memiliki  Konsep tertentu tentang negara. Kedua, untuk melakukan idealisasi dari perspektif Islam terhadap proses penyelenggaraan negara (menekankan aspek praksis dan substansial), yakni mencoba menjawab “Bagaimana Isi Negara Menurut Islam”. Pendekatan ini didasarkan  pada anggapan bahwa Islam tidak membawa konsep tertentu  tentang negara, tetapi hanya menawarkan prinsif-prinsif dasar berupa etika dan moral. Bentuk negara yang  ada pada suatu masyarakat Muslim dapat diterima  sejauh tidak menyimpang dari nilai-nilai dasar tadi.
            Kendati kedua maksud tersebut berbeda dalam pendekatan, namun keduanya mempunyai  tujuan yang sama, yakni menemukan  rekonsiliasi  antara idealitas agama dan realitas politik. Realitas antara cita-cita agama dan realitas politik menjadi tugas utama  pemikiran politik Islam. Hal ini merupakan tuntutan, karena hubungan antara agama dan politik pada giliran berikutnya  antara agama dan negara dalam kenyataan sejarah sering menampilkan fenomena kesenjangan dan pertentangan. Fenomena ini bersumber pada dua sebab yaitu (a). Adanya perbedaan konseptual antara “ agama” dan “Politik” yang menimbulkan kesukaran pemanduan dalam praktek; (b). Adanya penyimpangan praktek politik dari etika dan moralitas agama. Solusi yang ditawarkan para ulama politik, baik pada masa klasik maupun masa modern terhadap kesenjangan hubungan agama dan negara tersebut sangat beragam, sejalan dengan keragaman setting sosio-kultural dan politik yang mereka hadapi. Karenanya, konsepsi pemikir Islam tentang negara tidak luput dari dimensi kultural dan dimensi politik.
Malaka/Malaysia adalah salah satu wilayah negara yang memegang peranan strategis dalam pengembangan Islam di Asia Tenggara. Munculnya Islam di Malaysia berkat atas jasa para pedagang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan Islam dari negeri Arab melalui Malaka.[4]
Secara historis, Islam telah menjadi bagian dari negara-negara (pality) tradisional Melayu. Sejak zaman kesultanan Malaka peran Islam sejak itu sudah menjadi hal yang tidak bisa diganggu gugat, secara politik peran Islam bahkan lebih penting lagi Islam telah menjadi faktor penyatu bagi orang-orang Melayu. Evolusi politik negara-negara Melayu tradisional tergantung pada Islam sebagai wahana penting bagi perubahan sosial dan stabilitas.[5] Hanya sedikit negeri Muslim di dunia telah melangkah begitu jauh seperti Malaysia dalam upayanya memanfaatkan kekuasaan negara untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan al-Qur'an dan Hadis dalam kehidupan kaum muslim.
Malaysia menyuguhkan suau pengalaman islami yang unik. Malaysia adalah sebuah masyarakat multi etnik dan multi agama tempat bangsa Melayu merupakan 45 persen dari seluruh penduduknya, namun mempeunyai kekuatan politik dan budaya yang dominan. Sisanya terdiri dari berbagai kelompok etnik dan keagamaan, dan yang terbesar adalah etnik Cina (35 persen) dan India (10 persen). Islam dan identitas Nasional serta politik Melayu telah lama  saling berlindan, seperti tercermin dalam keyakinan umum bahwa orang Melayu mestilah beragama Islam.[6]
Suatu ciri khas dalam perkembangan politik Malaysia adalah peran Islam dalam politik Melayu. Malaysia merupakan federasi negara-negara bagian, sebuah pemerintahan yang secara resmi bersifat pluralistis dengan Islam sebagai agama yang resmi, dan Islam serta kaum muslim menikmati kedudukan istimewa. Meskipun partisipasi partai-partai Islam dalam pemilihan umum dan kiprah mereka sebagai oposisi yang sah merupakan fenomena yang relatif baru dikebanyakan di negeri Muslim. Selama bertahun-tahun partai-partai politik itu telah bersaing dengan partai pemerintah UMNO, juga bersaing satu sama lain dalam proses politik. Kebalikan dengan beberapa sistem poltik di Timur Tengah yang tidak mengizinkan partai-partai politik Islam dan beberapa gerakan Islam kemudian melakukan perlawanan dengan tindak kekerasan. Dalam sistem Malaysia terdapat sebuah partai  penguasa yang dominan yang mengakui keberadaan dan partisipasi politik dan kelompok-kelompok Islam yang berperan sebagai pihak oposisi nonkekerasan. Pengakuan dan integrasi kelompok-kelompok kebangkitan Islam dalam proses demokrasi yang tengah berkembang ini terlihat tidak hanya melalui kemampuan mereka untuk beroperasi di dalam sistem, tetapi juga lewat manuver seorang aktivis Islam yang kharismatik, yaitu Anwar Ibrahim, dari posisinya sebagai pihak oposisi hingga menjadi pihak pemerintah pada tahun 1980-an, dan bahkan pada tahun 1994 dia telah menjadi menteri keuangan dan deputi perdana menteri.[7]
Pertumbuhan dan perkembangan Islam ditunjang dengan munculnya berbagai institusi sosial Islam yang berperan aktif dalam menyebarluaskan kesadaran beragama di Malaysia.[8] UMNO (United Malays Nasional Organization) sekalipun partai ini berbasis nasional namun perhatiannya terhadap Islam sangat besar, apalagi partai yang berbasiskan Islam seperti PAS (Partai Islam Se-Malaysia), ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia), PKPIM (Perhimpunan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia) dan berbagai organisasi Islam yang muncul pada tahun 1980-an, misalnya berbagai Perguruan Tinggi di Malaysia yang sangat konsisten dalam ajaran Islam yang berpengaruh besar di kalangan generasi muda sebagai pertanda kebangkitan Islam di Malaysia, yang dapat memberikan pengaruh terhadap pranata-pranata sosial dalam masyarakat.


[1] Ahmed Vaezi, Agama Politik; Nalar politik Islam, terj dari Syi’ah Political Thought oleh Ali Syahab, (Jakarta: Citra 2006), h. 1. Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai Paradigma Hubungan dan negara, Makna Politik Islam adalah sebagai berikut: Politik ialah cara dan upaya menangani masalah-masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia.dengan demikian maka dapat kita katakan bahwa makna Politik Islam ialah aktivitas Politik sebagian umat Islam yang menjadikan Islam sebagai acuan nilai dan basis solidaritas berkelompok.  Lihat Salim Ali al-Bahnasawi,  Wawasan Sistem Politik Islam, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1999),  Cet. I. h. 32

[2]Ulil Abshar Abdallah (ed.) Islam dan Barat, Demokrasi dalam Masyarakat Islam, dalam Zainah Anwar “Berebut Paling Saleh; Islam dan Politik di Malaysia”, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 2002), h. 80
[3]Hal ini dilakukan setelah melalui penafsiran kembali dan progresif terhadap al-Qur’an, penilaian kembali teks-teks eksigesis dan hukum dari para sarjana muslim klasik, dan pemikiran ulang tentang bagaimana prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, kebebasan, dan kebijaksanaan dalam Islam dapat diperapkan dalam masyarakat kontemporer. Lihat Ulil Abshar Abdallah (ed.) Islam dan Barat, Demokrasi dalam Masyarakat Islam, h. 80
[4]Marshall GS. Hodson, The Venturl of Islam, (Chicagho: University of Chicago Press, 1997), vol II, h. 548.
[5]Omar Faroek, “Pemikiran Sosial dan Kebangkitan Islam di Malaysia” dalam Syaiful Manani Islam di Asia Tenggara (Cet. I; Jakarta: LP3ES, 1993), h. 281-282. Kalau kita surut memperhatikan sumbangan-sumbangan dan artikukasi para penulis Islam pada teori Islam, kebanyakan karya kontemporer  yang ditulis oleh para teoritisi muslim berbentuk “Doktrin Politik  bukannya teori politik atau falsafah politik, sehingga ada kesenjangan kelompok-kelompok Islam yang berkembang  saat ini ingin mengarahkan wacana pemahaman ke-Islamannya  kepada pendekatan  doktrin politik Islam  dengan implikasi realitas adalah lahirnya Islam radikal terus menerus dalam  fragmentasi politk aktual/Islam radikal. Mumtaz Ahmad, Masalah-Masalah Teori  Politik Islam State diterjemahkan dari, State Politic, and Islam, (Bandung: Mizan, 2001), h. 15


[6] John L. Esposito dan John O. Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Problem dan Prospek, diterjemahkan dari Islam and Democracy oleh Rahmani Astuti, (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), cet I, h. 165
[7]John L. Esposito dan John O. Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Problem dan Prospek, h. 166
[8] Selanjutnya lihat Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Islam di Malaysia, Sejarah dan Aliran, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 274-278
 




Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya