Menimba Ilmu di SengkangPada 1927, ketika
Anre Gurutta H Muhammad As’ad pulang dari Tanah Suci dan mendirikan
pesantren, Daud Ismail muda kembali lagi ke Sengkang.
Di sana,
ia menjadi santri angkatan kedua setelah Anre Gurutta H Abdurrahman Ambo
Dalle. Sosok inilah yang kemudian menjadi salah satu ulama besar di
Bugis.
Selama menimba ilmu di Sengkang, Daud Ismail memperoleh
banyak pengetahuan, utamanya dalam hal ilmu-ilmu agama. Sebut saja, ilmu
qawaid, arodi, ushul fiqih, mantiq, dan lain-lain.
Berbekal
ilmu dari Sengkang inilah Daud Ismail kemudian mulai mengajar. Pada
tahap awal, ia mengajar di tingkat ibtidaiyah dan tsanawiyah.
Kembali ke SoppengKetika
Perang Dunia II pecah pada 1942, Daud Ismail meninggalkan Sengkang. Ia
kembali ke kampung halamannya di Soppeng. Di tempat inilah istri
pertama, Hajah Marellung, yang dinikahinya pada 1932, meninggal dunia.
Dari
istri pertama, ia mendapatkan dua orang putra. Tak lama setelah itu,
Daud Ismail menikahi Hj Salehah. Dari istri kedua, ia tak mendapatkan
anak. Di rentang waktu itu, ia kemudian menikah untuk kali ketiga.
Perempuan pendampingnya adalah Hj Farida yang memberikan tiga orang
anak.
Pada pertengahan 1940-an, Daud Ismail diminta mengajar di
al-Madrasatul Amiriyah Watang Soppeng. Panggilan itu datang dari Datu
Pattojo pada 1944. Setahun berikutnya, Daud Ismail diangkat menjadi
Qadhi Soppeng. Ia diminta menggantikan Sayyed Masse.
Peran ini
dijalaninya selama enam tahun hingga terbentuknya Departemen Agama
Kabupaten Bone pada 1951 yang membawahi wilayah Soppeng. Pada 1961, ia
mendirikan Pondok Pesantren YASRIB di Soppeng. Di tempat ini pula, ia
membuka Madrasah Muallimin sekaligus diangkat sebagai qadhi untuk kali
kedua.
Segala ikhtiar yang dilakukan AGH Daud Ismail untuk mengabdikan ilmu kepada masyarakat akhirnya menemukan jalan pengujung.
Ia
menutup mata untuk selamanya di Rumah Sakit Hikmah Makassar pada usia
99 tahun. Ia pergi dengan tenang ketika azan Isya lepas berkumandang
pada 21 Agustus 2006.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/01/08/mgahb6-agh-daud-ismail-penerjemah-alquran-ke-bahasa-bugis-2
Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya