Email: tafsirhadits@ymail.com / emand_99@hotmail.com

Powered By Blogger

Senin, 18 Agustus 2014

Menahan Diri

Menahan Diri

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Dewan Pakar ICMI Pusat)

P1250280EDIT

Salahsatu pesan dari puasa yaitu imsyak atau menahan. Ini salahsatu kata kunci puasa. Pertama, tentu yang paling populer, kita menahan diri ketika menjelang subuh. Lebih dalam lagi tidak hanya di situ.  Sebagai mana kita tahu, puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum. Tapi punya makna yang sangat dalam. Kita lihat seseorang atau bangsa yang sukses pasti punya kemampuan menahan diri untuk tidak tergoda pada kehidupan yang sekunder dan tersier.  Bangsa yang sukses itu yang sanggup melakukan self denial; mampu menahan diri untuk investasi kehidupan lebih besar dan jangka panjang.

Untuk cita-cita lebih besar
 Dalam konteks perjuangan politik, semua kalau mereka tidak mampu menahan diri, terburu-buru, biasanya akan gagal.  Dulu, waktu kemerdekaan 1945 misalnya, para Pendiri Bangsa, bagaimana mereka menahan diri dengan berbagai jalur diplomasi. Saya melihat film Bung Karno,  di situ terjadi dialog antara yang muda  dengan yang tua. Yang muda ingin segera tapi yang tua bisa mengendalikan diri dengan pertimbangan yang lebih rasional akhirnya menang.
Mandela pun begitu, yang kita masih ingat. ada kemampuan menahan diri untuk  tidak hanyut ditawari godaan oleh penguasa. Bahkan sampai dia bayar 27 tahun di penjara, kemampuan menahan diri seperti itu yang mengantarkan Afrika Selatan merdeka. Mandela dikenal dan dikenang, ditulis dengan tinta emas. Bayangkan bagaimana Mandela menahan diri selama 27 tahun, yang kalau saja dia mau, tidak usah sekian tahun dia bisa dapat fasilitas kekayaan luar biasa. Tapi ia mampu menahan diri. Khomaini mampu menahan diri. Dia sampai hijrah ke Prancis.
Kalau kita bicara sejarah Rasulullah, banyak sekali. Bahkan ungkapan yang sangat terkenal ketika usai memenangi perang badar; kita baru pulang dari jihad kecil untuk menghadapi jihad yang besar yaitu jihadun nafs. Jadi kemampuan memenangkan adalah menahan diri, menjaga fitrah. Ketika puasa, salahsatu agendanya bagaiman kita menahan godaan-godaan yang bisa merusak kefitrahan kita; nurani, kemuliaan, martabat, akal sehat. Maka, dalam kaidah fikih semua larangan Allah sesungguhnya kalau dilanggar akan merusak martabat kemanusaiaan. Perintah agama, kalau dituruti, sesungguhnya menjaga kemuliaan. nalar, akal sehat, keturunan, dsb. Itu populer dalam berbagai studi islam.
Kita menahan, apa yang ditahan? Godaan, dorongan, iming-iming yang akan merusak kemanusiaan, fitrah, ahsani takwim kita. Dalam politik kita lihat semua sangat gamblang. Minggu ini pun telanjang bulat, satu  prestasi MK menjatuhkan mantan MK seumur hidup. Karena dia tidak mampu menahan diri. Jadi ketika menjadi ketua MK dia tidak melaksanakan pesan puasa; menahan diri dari berbagai jebakan.
Di pesantren ada ungkapan; barangsiapa ingin meraih kemuliaan harus mampu menahan tidak tidur untuk belajar dan shalat. Itu kemampuan menahan untuk mencapai cita-cita. Jadi orang yang punya cita-cita besar harus mampu menahan diri. Itulah salahsatu pesan puasa. Ini juga diakui para sosiologi tentang teori modernisasi. Kalau kita membaca teori protestant ethic and the rise of capiltalism juga tentang modernisasi Jepang, itu kemampuan investasi jangka panjang, disertai kemampuan menahan diri untuk tidak menghabiskan keuntungan yang ada.
Sebagian masyarakat kita selalu tergoda untuk membeli gaya hidup. Alih-alih menahan diri, menabung, bahkan dia bisa bangkrut berburu harta kekayaan di luar kemampuannya untuk membeli gaya hidup. Dia tidak tahan dari godaan tersebut. Sekian banyak korupsi terjadi dengan pangkal tidak mampu menahan diri. Kemampuan  ini memang harus ditopang dengan pemahaman intelektual juga latihan, keteguhan jiwa. Sehingga kemudian fenomena keberagaman Indonesia paradoksal. Orang rajin puasa, umroh, haji, tapi tidak mampu  menahan diri dari berbagai godaan yang diperingatkan oleh agama.
P1250320EDIT
Ibadah untuk penyadaran
Kita terjangkit apa yang pernah terjadi dengan agama Kristen  abad pertengahan, yaitu adanya surat aflak. Dulu gereja menerbitkan surat, bahwa siapapun yang berdosa besar, kalau dia membeli surat itu dengan harga sesuai besaran dosa, dibayarkan ke gereja, dosanya akan hilang. Dengan bahasa mirip, kita pun begitu,. kalau dosa kita besar, rajin-rajinlah umrah. Jadi kalau kita sudah umrah sekalian membersihkan dosa-dosa pidana dan perdata. Padahal tidak akan lunas dengan rajin shalat dan umrah. Makanya dalam tradisi atau acara lepas orang meninggal, biasanya pihak keluarga berpidato;  saudara-saudara, terima kasih telah datang mendoakan jenazah. Kami minta tolong kalau ada  utang piutang dengan almarhum tolong laporkan kepada kami untuk kami lunasi. Agar nanti tidak menjadi penghalang perjalanannya di sana.  Jadi utang piutang tidak akan lunas kecuali dilunasi oleh Anak Adam. Bahwa itu minta diputihkan terserah, tapi sesama Anak Adam harus lunas.
Kalau kita  puasa tidak bisa melaksanakan, boleh bayar fidyah. Puasa itu untuk Allah tapi kalau kita tidak bisa, boleh dibayar dan yang menerima bukan Allah tapi sesama hamba. Kalau kita ibadah haji ada rukun yang tidak dilaksanakan, harus bayar dam, yang menikmati bukan Allah tapi sesama manusia. Artinya dalam islam kalau ada kekurangan ritual pada Allah boleh dibayar  dan yang menerima adalah sesama hamba Allah. Tapi kalau utang sesama manusia tidak  bisa dibayar kecuali dengan sesamanya. Jadi tidak ada kalau kita punya dosa korupsi dibayar dengan shalat tarawih, shalat sunah, umrah dan haji. Ia  gunanya untuk memberi penjernihan, rejuvenasi, pencerahan, sehingga tersadarkan. Man Shoma Romadhona Imanan Wahtisaban Ghufirolahu. Ihtisaban, salahsatunya ; aku punya utang piutang apa pada  tetanggaku , negaraku, kemudian dibayarkan,. maka diampuni.
Sekali lagi, kata kunci puasa pesannya imsak; menahan. Kita membaca ayat kehidupan telah menjamin, bahwa rang yang tidak bisa menahan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, akan sulit mencapai cita-cita. Banyak kawan kita yang tergelincir karena tidak bisa menahan, entah omongan. Coba amati selama kampanye, kita lihat siapa bisa menahan omongan, tindakan, pikiran, itu telanjang semua dalam panggung politik, juga keseharian.
Ada orang-orang yang tidak bisa menahan diri, kecuali yang fisik. Contoh, kita jalan-jalan di Amerika, jalan yang lebar tidak ada tengahnya dipatok-patok dibagi-bagi. Itu sudah otomatis tidak usah diberi tanggul-tanggul. Artinya, mereka bisa diatur, ditahan, dengan peraturan.  Tapi di sini tidak bisa. Bangsa ini belum bisa menahan diri, harus ada external force baru bisa. Di beberapa ujung jalan ada polisi. Artinya, ada polisi barulah kita takut. Itu sebetulnya bukan menahan diri, melainkan ada orang lain menjajah kita. Kita belum merdeka.
Pertanyaannya, bagaimana kita merumuskanulang metodologi, kurikulum pendidikan agama. Harus ada  peninjauanulang strategi pembelajaran agama. Saya yakin ada yang salah. Misal bab pertama jangan bab wudhu tapi  baabul ilmi. Mengapa? karena semua tanpa ilmu tidak bisa dipahami. Bagaimana Al Qur’an dicatat ilmu, Bagaiman maju mundur peradaban karena ilmu. Sehingga anak itu belajar agama ketemu baabul ilmi. Berikutnya baabul amal, tentang kerja. Bedakan kerja kuli dengan ilmu pengetahuan. Beda hasilnya. Handphone kalau saya timbang dengan mike lebih berat mike. Tapi harga lebih mahal handphone. Karena dalam handphone ada investasi iptek. Walau kecil, harganya mahal karena bermanfaat sebanyak mungkin pada penggunanya.
Seseorang  juga begitu. Kalau invetasi iptek tidak padat maka harganya murah. Kita akan ekspor gelondongan. kayu mentah, batubara, sehingga riset tidak berkembang. Apa yang diriset, dijual mentah semua kok. Tapi di negara industri, yang dijual hasil risetnya. Maka belajar agama integrasikan amal yang produktif,, tambah ilmu. Tapi ketika berilmu kalau tidak ada trust, bangkrut kita. Maka dibutuhkan karakter.  Yarfa’illahul ladzina amanu minkum wal ladzina utul ‘ilma darojatan. Ini tafir ayat menjelaskan teori Fukuyama tentang trust yang merupakan tafsir dari sebuah bangsa. Seseorang  akan naik derajatnya kalau ada iman dan ilmu. Terjemahan iman itu integritas. al amin, amanah.
Tausiyah Ramadhan di kantor Adi Sasono (Dewan Kehormatan ICMI Pusat), Senin, 3 Juli 2014

 Sumber: http://sitarlingicmi.wordpress.com/

Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar