Tulisan
ini ingin membuktikan adanya pengaruh pemikiran Nuruddin al-Raniri di negeri
Sarandib/Saylan (Srilanka) yang notabene masyarakatnya mayoritas beragama Budha
(69% suku Singala dan Tamil 18%). Hal ini dibuktikan adanya tulisan al-Raniri
yang berbahasa/aksara Jawi dianggap penting bahkan diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab di negeri tersebut.
Hal
ini dibuktikan adanya hubungan antara Timur Tengah dan Nusantara sejak
kebangkitan Islam sampai paruh kedua abad ke-17 yang menempuh beberapa fase; fase
pertama, abad ke-8 sampai abad-12, hubungan umumnya berkenaan dengan
perdagangan. Inisiatif hubungan ini banyak diprakarsai muslim Timur Tengah,
khususnya Arab dan Persia. Fase kedua, sampai abad ke-15 hubungan antara
dua kawasan mulai ekspansi aspek lebih luas, perdagangan dan pengembara sufi,
mulai mengintensifikasikan penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara. Pada
tahap ini hubungan keagamaan dan kultural terjalin lebih erat. Fase ketiga,
sejak abad ke-16 sampai paruh kedua abad ke-17. Dalam masa ini
hubungan-hubungan yang terjalin lebih bersifat politik di samping keagamaan. Pada
periode ini, muslim nusantara semakin banyak ke tanah suci, yang pada gilirannya
mendorong terciptanya jalinan keilmuan antara Timur Tengah dan Nusantara. (Azyumardi
Azra, 2007, 49-50).
Sejak
saat itu dimulailah hijrah Arab Hadramaut ke Gujarat di pesisir pantai India
Barat. Di sana mereka membangun perkampungan yang oleh orang India dinamakan
perkampungan Arab Melayu, dan ada diantaranya yang melanjutkan perjalanannya ke
Indonesia dan menetap di daerah pantai Sumatera. Hubungan Arab dengan India
melalui jalan laut dimulai sejak awal tahun masehi, atau lebih tepatnya sebelum
runtuhnya Himyar di Yaman. Hubungan ini merupakan hubungan pertama bangsa Arab
dengan Timur Jauh pada umumnya dan dengan Indonesia pada khususnya, karena para
pedagang Arab itu menggunakan India sebagai terminal pertama yang menyampaikan
mereka ke Sarandib, kemudian dari sana mereka melanjutkan perjalanannya ke
Indonesia.
Nuruddin
al-Raniri mempunyai pandangan sama dengan tokoh-tokoh sebelumnya, bahwa Tuhan
dan alam raya adalah dua entitas yang berbeda, masing-masing mempunyai hakekat
yang berlainan. Al-Raniri menerima pandangan Ibn Arabi bahwa alam raya
merupakan ungkapan luar (al-a’ya>n al-kha>rijiyyah) dari Tuhan.
Karena itu, ungkapan luar Tuhan bukanlah Tuhan sendiri, ia semata-mata bayangan
wujud Tuhan. (Ms. 2-3).
Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya