Oleh:
Dr.
Sulaiman Ibrahim, M.A.
Disampaikan
pada hari Raya Id Adha 10 Zulhijjah 1441 H./31 Juli 2020 di Mesjid Daruttaqwa Kp.
Bugis Kota Gorontalo
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الله
أكبر الله X 9
الله
أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحن الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله وحده صدق
وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه
مخلصين له الدين ولو كره المشركون، لا إله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله
الحمد.
الحمد
لله جعل هذ اليوم عيدا للمسلمين وجعل عبادة الحج وعيد الأضحي من شعائر الله
وأحيائها من تقوي القلوب. اشهد ان لا اله إلا الله وحده لا شريك له اله العالمين،
واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله المبعوث رحمة للعالمين بشيرا ونذيرا وداعيا الي
الله بإذنه وسراجا منيرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد افضل من حج واعتمر
وعلي اله واصحابه احمعين.
أما بعد
: فيا عباد الله اتقوا الله تعالي واعلموا ان يومكم هذا يوم فضيل وعبد شريف حليل،
رفع الله تعالى قدره واظهر، وسماه يوم الحج الأكبر، الله أكبر x 3
واستمعوا
الى قول الله تعالي في القرآن العظيم وهو أصدق القائلين : اعوذ بالله من الشيطان
الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم : إنا اعطيناك الكوثر، فصل لربك وانحر، إن شانئك
هو الأبتر، ... ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى
القلوب
Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd
Kaum Muslimīn/Muslimāt Rahimakumullāh !
Di pagi hari yang penuh berkah ini,
kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita ruku’ dan
sujud sebagai pernyataan taat kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan
takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah SWT.
Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi
merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa
manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di
sembah kecuali Allah.
Karena itu, melalui mimbar ini saya
mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah
tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan
jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari
rahmat Allah SWT. Apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan
Allah. Betapa pun perkasa, kita lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun
hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah
Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd
Kaum Muslimīn/Muslimāt Rahimakumullāh !
Ada
dua peristiwa penting yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha. Kedua
peristiwa tersebut adalah ibadah haji dan qurban. Namun pada situasi saat
ini, kedua ibadah tersebut harus dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang
sampai saat ini belum mereda. Tentunya ketentuan Allah SWT ini tidak boleh
serta merta menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita harus
meyakini bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap ketetapan
yang diberikan oleh Allah SWT.
Seperti
kita ketahui bersama, akibat pandemi COVID-19 yang mewabah di berbagai penjuru
dunia. Jamaah haji Indonesia tahun 2020 tidak diberangkatkan ke Tanah
Suci. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah
dari tertular virus corona. Pemerintah Arab Saudi pun tidak mengizinkan
jamaah dari luar negeri untuk menjalankan rukun Islam kelima ini. Hanya
warga Arab Saudi dan warga asing yang berada di Arab Saudi saja yang
diperkenankan melaksanakan ibadah haji. Dan itu pun dengan pembatasan
jumlah dan peraturan yang sangat ketat. Bagi calon jamaah haji tahun 2020,
keputusan ini tentu sangat berat untuk diterima. Setelah sekian lama
menunggu antrian kuota haji dengan berbagai macam usaha untuk melunasi ongkos
naik haji (ONH), namun giliran saatnya berangkat harus mengalami
penundaan.
Namun
ada hikmah besar yang bisa diambil dari keputusan ini di antaranya adalah
kesabaran dan kepasrahan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
dalam Qur’an Surat Al-Anfal ayat 46:
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar”.
Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd
Melalui Idyl Adha ini, kita membina
solidaritas umat dengan cara berqurban sebagai kelengkapan bahan makanan pokok,
berupa daging sapi dan atau kambing, kita hadiahkan kepada orang-orang yang
sangat membutuhkannya. Jadi dalam membina solidaritas umat, rasanya tidak
lengkap jika kita telah berzakat namun belum berqurban. Dengan demikian,
penyembelihan hewan qurban selama empat hari berturut-turut yang disyariatkan
Allah setelah perayaaan Idul Adha ini, merupakan test training atas ketaqwaan
kita, karena yang dinilai oleh Allah di sini bukanlah daging qurban atau darah
hewan itu, melainkan motivasi untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan agar kita
menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Dalam QS. al-Hajj (22): 37 Allah berfirman :
لَنْ
يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى
مِنْكُمْ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan
sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang sampai kepada-Nya
Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd
Saking urgennya ibadah qurban ini, maka Nabi saw sangat
mengecam umatnya yang berkemampuan, tetapi mereka enggang berqurban:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ
يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا (رواه ابن ماجه واحمد)
Dari Abu Huraerah bahwa Nabi saw bersabda: Barang siapa yang
berkecukupan, lalu tidak berqurban maka janganlah sekali-kali mendekati ke
mesjid kami (Hadis Riwayat Ibn Mājah dan Imam Ahmad)
Kaum Muslimīn/Muslimāt Rahimakumullāh !
Nabi saw juga mengajarkan agar hewan yang diqurbankan itu,
haruslah sempurna, tanpa cacat. Ini memberi petunjuk bahwa dalam berqurban
haruslah dalam batas maksimal, jangan setengah-tengah, jangan
tanggung-tanggung, demi mencapai derajat ketaqwaan. Di sini dipahami bahwa
berqurban dengan hewan yang cacat sangat dicela agama. Di sisi lain, kita
diperintahkan untuk berqurban adalah dalam rangka menghilangkan sifat-sifat dan
perilaku tercela yang dimiliki hewan atau binatang yang kadangkala, bahkan
sering bercokol pada diri kita masing-masing. Sifat-sifat dan atau perilaku
kebinatangan yang ada pada diri manusia ada empat tipe, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Ja’far al-Shadiq sebagai berikut:
أَرْبَعُ
خِصَالٍ مِنَ النَّاسِ كَالْحَيَوَانِ وَيَقُوْمُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ
كَالحَيَوَانِ، كَالجِنْـزِيْر، كَالكَلْب، كَالقِطّ، كَالفَأْر.
Ada empat kelompok dari segolongan manusia yang berperilaku
seperti binatang, dan mereka akan dibangkitkan di hari hari kiamat kelak dengan
muka seperti binatang babi, anjing, kucing, tikus.
Artinya, perilaku babi yang sarakah, harus kita hindari;
perilaku anjing yang selalu menjilat-jilat (ccm), harus kita tekan; perilaku
kucing yang munafik, harus kita tanggalkan; dan perilaku tikus yang onar dan
jorok, harus kita penggal. Inilah antara lain tujuan ibadah qurban, yakni
membuang jauh-jauh perilaku kebinatangan tersebut dari diri kita masing-masing.
Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd
Kaum Muslimin/Muslimat ….
Syariat berqurban pada mulanya, secara tegas dan jelas
digambarkan oleh Alquran melalui kisah Nabi Ibrahim as dan Ismail as. Allah swt
memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk mengqurbankan Nabi Ismail as, putra
kesayangannya, buah hatinya, sibiran jantungnya, anak semata wayangnya. Dalam
QS. al-Shaffāt (37): 102, Allah berfirman ;
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي
إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu (Ismail) sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku men-sembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia (Ismail) menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".
Allahu Akbar 3x, wa Lillā al-Hamd
Tidak dapat kita bayangkan betapa berat dan hebatnya
goncangan jiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim as ketika menerima perintah Allah
itu. Bahkan ia mengalami konflik batin dan hampir-hampir ia pingsan ketika
mendengar jawaban polos dari anaknya Nabi Ismail as “wahai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan Allah kepadamu”.
Yang menjadi pertanyaan, masih adakah remaja kita sekarang
seperti Nabi Ismail as yang rela mengorbankan jiwanya di jalan Allah swt.?
Masihkah anak-anak kita sekarang senantiasa menuruti perintah ayahnya terutama
ibunya ?
Agama kita menegaskan bahwa Ayah dan Ibu adalah dua tokoh
utama yang harus dihormati dan dimuliakan. Allah swt melalui berbagai firman-Nya
menganjurkan hamba-Nya untuk berbakti kepada kedua orangtua.
Dia Allah swt sangat memuji beberapa rasul karena bakti
mereka kepada ibu-bapaknya. Pujian terhadap Nabi Yahya as, terdapat dalam QS.
Maryam (19): 14 ;
وَبَرًّا
بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah
ia orang yang sombong lagi durhaka.
Tentang kasih sayang dan bakti Nabi Isa as, dalam QS. Maryam
(19) : 32 ;
وَبَرًّا
بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka.
Nabi Yusuf as, sangat mencintai dan menghormati kedua
ibu-bapaknya, dalam QS. Yusuf (12) : 10 ;
وَرَفَعَ
أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ
Dan ia (Nabi Yusuf as) menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas
singgasana.
Melalui Nabi Muhammad saw, untuk ummatnya, diayat antara
lain dalam QS. al-Isrā (17): 23
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka,
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Berdasar dengan ayat-ayat tersebut, dapat dipahami bahwa
orang tua memiliki kedudukan yang sangat signifikan. Bahkan boleh dikata bahwa;
sekiranya Allah swt “tidak ada” maka orangtualah yang harus disembah.
Allahu Akbar 3x, wa Lillāh al-Hamd
Alqamah sahabat Nabi saw, yang sangat taat beribadah, suatu
saat ia shalat dan ia mendengar panggilan ibunya. Setelah shalat, ia terlambat
memenuhi panggilan ibunya itu, singkat kisahnya, Alqamah tidak mampu mengucapkan
kalimat “syahadat” di akhir kematiannya.
Kisah singkat di atas, mengajak kita untuk membayangkan
kedua orang tua kita masing-masing, dan bertanya dalam lubuk hati yang paling
mendalam: sudah seberapakah pengabdian kita kepada orang tua? Sampai dimana
usaha kita telah membantu orang tua? Apakah kita selama ini tetap menyayangi
mereka keduanya sampai berumur lanjut ?
Ibu dengan susah payah merawat kita sejak dalam kandungan,
dan ibu telah mempertaruhkan nyawanya, antara hidup atau mati sesaat kita akan
dilahirkan. Wajar jika Nabi saw bersabda:
اَلْجَنَّةُ
تَحْتَ اْلأقْدَامِ أُمَّهَات (رواه البخار ومسلم)
Surga terletak di telapak kaki ibu (HR. Bukahri Muslim)
Demikian pula bapak yang tanpa mengenal panas dan hujan
mencari rezki untuk menghidupi kita, memberikan segala apa yang kita inginkan,
sejak kita masih kecil, Dia telah bermandikan keringat mencari nafkah untuk kelangsungan
hidup kita semua. Wajar jika Nabi saw bersabda :
أَبَرُّ
الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أَبِيهِ (رواه ابوداود)
Kebaktian yang paling agung adalah seorang anak tidak
putus-putus berbuat baik kepada ayahnya (HR. Abu Dawud)
Allāhu Akbar 3x Walillahi al-Hamd
Besar dan tulusnya kasih sayang dan pengorbanan ayah dan
ibu, tidak dapat diukur oleh sesuatu pun. Sejak kita kecil, mereka membiayai
kita, lalu pernakah kita merasa membiayai mereka, atau sekurang-kurangnya
memberikan uang saku ala kadarnya kepada kedua orang tua?, kalau memang pernah,
baru seberapa banyakkah biaya kita yang keluar untuk kebutuhan mereka? baru
seberapa banyak pakaian yang kita belikan kepadanya? baru seberapa rupiah uang
yang kita berikan kepadanya?. Jangan-jangan kita yang sudah berkeluarga,
justeru lebih mencintai isteri atau suami dan mengesampingkan cinta kepada
orangtua. Sejak kecil mereka mendoakan kita, nah apakah kita selalu mendoakan
mereka ?
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Inilah hikmah
terbesar dari peringatan hari besar IDUL QURBAN yang sedang kita peringati hari
ini, bukan hanya untuk memperingati peristiwa sejarah kemanusian itu saja,
namun juga, disamping sebagai momentum untuk membersihkan jiwa dan pikiran kita
dari penyakit kehidupan yang mematikan, seperti korupsi, manipulasi,
menyalahgunakan jabatan dan penyakit kejiwaan lainnya yang tidak kalah
mematikan, seperti iri, dengki, hasud, dendam dan sombong yang bisa berujung
fitnah dan adu domba, juga untuk membangkitkan semangat dan kesadaran jiwa
kita, dimana setiap pribadi Muslim harus siap berkorban untuk kebahagiannya
sendiri. Setiap kita harus siap menyongsong keberhasilan dan peningkatan hidup
dengan perjuangan dan pengorbanan. Dimulai dari diri sendiri untuk tidak
berpangkutangan saja dan bermalas-malasan dan ketika berakibat buruk pada
kehidupannya kemudian orang mengkambinghitamkan nasib dan takdir. Padahal nasib
dan takdir itu harus dimulai dari diri sendiri, “siapa beramal sholeh maka itu
untuk dirinya sendiri, dan siapa berbuat jahat akibatnya akan ditanggung
sendiri”. Maksudnya, barangsiapa menanam kebaikan, akan menuai kebajikan dan
barangsiapa menanam kejahatan dan kemalasan akan menuai kehancuran. Itu berlaku
untuk diri sendiri bukan untuk orang lain, itulah sunnahtullah yang tidak ada
perubahan untuk selama-lamanya.
Akhirnya, melalui
khutbah Idyl Adha 1441 H ini, semoga dapat menyadarkan kita untuk senantiasa
berbakti kepada kedua orang tua yang masih hidup. Bagi mereka yang telah
meninggal orang tuanya, juga tetap termotivasi untuk mendoakan orangtua kita.
Serta menjauhkan diri kita dari sifat-sifat kebinatangan.. Amin ya Rabbal
Alamin..
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ(1)فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(2)إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ(3)
بارك
الله لى ولكم فى القرآن الكريم، ونفعنى واياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم،
وتقبل الله منى ومنكم تلاوته، إنه هوالسميع العليم.[]
KHUTBAH KEDUA
الله
أكبر 7 x ،
الله
أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحن الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله وحده صدق
وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه
مخلصين له الدين ولو كره المشركون، لا إله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله
الحمد.
الحمد
لله حمدا كثيرا كما أمر، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، ارغاما لمن جهد
به وكفر، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، سيد الإنس والبشر، اللهم صل وسلم على هذا
النبين المختار سيدنا الكريم سيدا محمد وعلي اله وأصحابه الابرار.
فيا
عباد الله اوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون واحثكم علي طاعة الله ورسوله
لعلكم ترحمون. وقال الله تعالى في القرأن العظيم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله
حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون . وقال أيضا، إن لله وملا ئكته يصلون علي
النبي، ياأيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.
اللهم صل
وبارك علي سيدنا محمد وعلى ال محمد كما صليت وباركت على إبراهيم وعلى ال إبراهيم
فى العالمين انك حميد مجيد. اللهم ارض عنا معهم برحمتك ياارحم الراحمين، اللهم انا
نسئلك ايمانا كاملا ورزقا واسعا ويقينا صادقا وعملا مقبولا، يا أرحم اراحمين،
اللهم نسئلك رضاك والجنة ونعوذبك من شخطك والنار، وتقبل منا صلاتنا وقيامنا
وسجودنا وتخشعنا وتعبدنا يا ارجم الراحمين.
اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل
مالمسلمين ودمر اعداء الدين، اللهم اجعل بلدتنا هذه اندونيسية آمنة سكينة مطمئنة
وسائر البلدان المسلمين. آمين يا رب العالمين، اللهم ربنا آتنا فى الدنيا حسنة
وفىالآخرة حسنة وقنا عذاب النار
الله
أكبر 7 x ، ولله الحمد، عباد الله، ان الله يأمر بالعد
والاحسان وايتاءذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون،
واشكروه على نعمه يعظكم ولذكر الله أكبر...
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته