Salah satu fakta yang tidak dapat kita pungkiri dalam
kehidupan sosial adalah adanya keragaman agama yang dipeluk oleh masyarakat.
Keragaman itu disatu sisi memang memperkaya dan menjadikan kehidupan sosial
masyarakat penuh dinamika, namun disii lain ternyata keragaman ini membawa
potensi konflik yang cukup serius, yakni konflik antar umat beragama. Orang
mejadi tega membunuh, menyakiti bahkan memperkosa hanya karena alasan beda
agama. Kasus di Ambon menjadi contoh yang baik bagi kita bagimana agama
ternyata tidak hanya menjadi pengkontrol moral dan mengarahkan manusia menjadi
lebih beradab, tetapi agama dapat dengan mudah dimanipulasi sedemikian rupa
untuk menjustifikasi kekerasan atas nama klaim kebenaran agama. Suatu kelompok
merasa bahwa hanya dirinyalah yang paling benar sedangkan yang lain salah,
tersesat ahli bid’ah dan seterusnya yang membuat mereka mengahalalkan
perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi terhadap kelompok lain. Hal ini memang
nampaknya menjadi sebuah paradoks dari kehadiran agama didunia ini, tidak ada
satu agama pun yang mengajarkan dan menganjurkan dehumanisasi tetapi mengapa
banyak kekerasan justru disebabkan karena agama atau lebih tepatnya agama
ketika berhadapan dengan pruralitas keberagamaan masyarakat.
Bagaiman pruralitas ini dalam pandangan Islam ?. Dalam
Al qur’an disebutkan bahwa Allah telah menciptaan manusia dengan beragam suku
dan bangsa supaya dapat saling mengenal (wahai manusia sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal QS. Al Hujurat ayat 12), dan salah
satu keragaman tersebut adalah keragaman umat beragama ( bagi tiap umat di
antara kai, Kami (Allah) telah buatkan peraturan dan jalan, kalau sekiranya
tuhan menghendaki maka tentu kami menjadikannya umat yang tunggalm tetapi Dia
hendak menguji kamu berkenaan dengan hal-hal yang diberikan kepadamu QS. Al
maidah ayat 48) jadi dapat dikatan bahwa walaupun asalnya manusia itu dulunya
bersatu ( manusia dahulu adalah umat yang satu kemudian mereka saling
berselisih pendapat QS. Yunus ayat 19) tetapi tuhan dengan kebijaksanannya
sengaja membuatnya beraga dengan hikmah-hikmah terterntu. . Maka dapat
dikatakan bahwa keragaman ini merupakan merupakan salah satu dari sunnatullah
yang tetap dan tidak berubah-ubah (Tidakkah mereka memperhatikan sunnah pada
orang-orang terdahulu ? maka engkau tidak akan menemukan dalam sunnatullah
suatu perubahan, dan engkau tidak kan
menemkan dalam sunnatullah suatu peralihan QS. Ayat fathir 43). Karena sifatnya
yang prinsipil ini maka tugas kita bukanlah untuk menyatukan keragaman
tersebut, tetapi bagaimana menyikapinya dengan tindakan-tindakan positif.
Masalahnya adalah manusia cenderung membanggakan apa
yang ia yakini dan percayai sebagai yang paling baik. Hal ini disinggung oleh
Allah dalam surat
ayat (dan tiap-tiap mereka merasa bangga terhadap apa yang mereka yakini).
Diayat lain Allah mencontohan sikap bangga dan saling menafikan tersebut dalam
klaim agama Yahudi atas orang Nasrani dan sebaliknya, klaim yang sebenarnya
sangat potensial sekali dimiliki oleh setiap kaum beragama apapun (Dan
orang-orang yahudi berkata orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai pegangan dan
orang-orang Nasrani mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak mempunyai
pegangan , padahal mereka sama-sama memilki pegangan (kitab) demikian pula
orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka (kaum yahudi
dan nasrani) itu QS. Al Baqoroh ayat 113).
Sebagai agama yang secara prinsipil menyatakan diri
sebagai bagian integral dari agama-agama sebelumnya (Sesungguhnya kami telah
memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh
dan nabi-nabi setelahnya dan (sebagaimana) telah kami wahyukan keada Ibrahim,
ismail, ishaq, ya’qub dan anak cucunya, serta kepada isa, Ayyub, Yunus, Harun
dan Sulaiman, QS. Al Baqoroh ayat 163). Islam memberikan beberapa prinsip dasar
dalam menyikapi dan memahami pruralisme ini. Pertama prinsip keberagamaan yang
lapang (Al Hanifiyah Al Samhah /inklusfisme relatif). Salah satu masaah yang
serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah klaim kebenaran. Islam
sangat tidak membenarkan adanya kefantikan buta yang membelenggu umat islam
dalam mencari kebenaran dan terlepas dari ikatan ketuhanan ( Dan janganah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya
pandangan, penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawabannya QS. Al Isra’ ayat 17). Padahal untuk mencapai kepasrahan
yang tulus kepada tuhan (makna generik dari kata islam) diperlukan suatu
pemahaman yang sadar dan bukan hanya ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap
kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa dikatakan sebagai makna terdalam
keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist nabi bersabda kepada sahabat
Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik agama disisi Allah adalah
semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al Samhah) “. Dengan
memiliki sikap inklusif ini kita juga akan dapat menghargai pruralitas
keberagaman dengan elegan, kita tidak jatuh pada kalim-klaim kebenaran yang
sebenanya merupakan kesombongan intelektual kita dihadapan manusia yang kita
anggap tidak mampu mencapai kebenaran dari tuhan.
Prinsip kedua adalah keadilan yang obyektif. Kata
keadilan banyak sekali disebutan oleh Allah dalam Al Qur’an sebagai sikap yang
harus dimiliki oleh umat islam. Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup
pandangan maupun tindakan kita terhadap pemeluk agama lain. Seringkali kita
membuat generalisasi terhadap suatu pemeluk agama, hanya karena kita melihat
dan menyaksikan bebrapa orang melukaksn hal-hal yang tidak pantas kemudian kita
menggeneralisasikan dan menyimpulkan bahwa semua pemeluk agama tersebut berbuat
demikian. Padahal Allah sendiri menyaakan bahwa mereka (pemeluk agama lain)
sama seperti kita ada yang shaleh ada juga tidak, ada yang ahli ibadah ada juga
yang ahli bid’ah (Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman
kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan apa yang diturunkan
kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harta yang sedikit mereka memperoleh pahala
disisi tuhannya QS. Ali imran ayat 199).
Kedangkalan dalam tindakan seringkali kita karena
tidak suka dan mengangap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita
(outsider) maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan
hukum, interkasi sosial maupun hal-hal lain. Seperti meniadakan kesempatan bagi
mereka untuk duduk pemerintahan di negara Indonesia yang jelas-jelas dibangun
secara bersama-sama. Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan
dalam sikap dan pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau
tidak suka (like and dislike) dan tentunya terbebas dari kepentingan untuk membela
kelompok kita sendiri (hai rag-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan
janganlah kbencianmu pada suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat kepada taqwa QS. Al Maidah ayat 8 )
Prinsip ketiga adalah menjauhi kekerasan dalam
berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk ketika melakukan dakwah. Dalam
islam kekerasan hanya ditolerir ketika kita harus mengahadapi kemungkaran atau
didlolimi terlebih dahulu ituun harus dengan pertimbangan bahwa hanya jalan
inilah yang dapt kita lakukan untuk menghilangkan kemungkaran dan kedloliman
tersebut, tidak diperbolehkan bagi kaum muslimin menggunakan (kekerasan baik
fisik maupun psikologis) untuk berdakwah dan memaksa pemeluk agama lain untuk
masuk agama islam. Hal ini sebagaimana firman Allah ( Tidak ada paksaan dalam
(memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat QS. Al Baqoroh ayat 256). Oleh sebab itu dalam berdawah kita harus
mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara รข€” cara argumentatif lainnya
(interfaith dialogue). Firman Allah ( Serah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
jalan bijaksana dan pelajaran yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih
baik QS. An Nahl ayat 125). Ada beberapa point penting yang harus diperhatikan
oleh kaum muslimin dalam dialog ini pertama bahwa tiap agama mempunyai
logikanya sendiri dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah
dimaksudkan untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai
kesepahaman, dan mempertahankan keyakinan kita (tentunya dalam kerangka al
hanifiyah al samhah sebagimana diatas) ( Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) ‘
wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik pertemuan antara kami dan kamu QS. Ali
Imran ayat 64).
Prinsip keempat adalah menjadikan keragaman agama
(religious pruralism) tersebut sebagai kompetisi positif dalam kebaikan (
fastabiqul khairat). Salah satu hikmah diciptakannya manusia berbeda-beda
disamping supaya bisa saling mengenal adalah agar keragaman tersebut memacu
manusia untuk saling bersaing, memacu diri menjadi yang terbaik diantara
umat-umat agama lain dalam hal berbuat kebajikan. ( Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam berbuat
kebajikan QS. Al Baqarah ayat 148). Dalam kerangka inilah seharusnya hubungan
antar agama diletakkan , konsekwensinya ketika ada pemeluk agama lain berbuat
amal sosial dengan semisal melakukan advokasi terhadap masyrakat tertindas
seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan sebagainya maka kita tidak boleh
begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha
menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaum muslimin
untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal amal sosial.
Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah
akan tercipta hubungan yang lebih harrmonis antar umat beragama, hubungan yang
dilandasi oleh sikap saling menghargai, menghormati dan saling membantu dalam
kehidupan sosial. Sehingga kehadiran agama (khususnya islam) tidak lagi menjadi
momok bagi kemanusiaan tetapi malah menjadi rahmat bagi keberadaan tidak hanya
manusia tetapi sekaligus alam semsta ini. ( Wallahu A’lam Bishawab).
Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar