Menurut Ibn Khaldun, wujud suatu peradaban
merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu 1) kemampuan manusia
untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi 2) kemampuan berorganisasi
dalam bentuk kekuatan politik dan militer dan 3) kesanggupan berjuang untuk
hidup.[1]
Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen asas suatu peradaban. Suatu bangsa
akan beradab (berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai tingkat kemapuan
intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia ditentukan oleh ketinggian
pemikirannya. Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di dalamnya
memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya.
Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana
ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini
pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih
mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari
pandangan hidup. Untuk menjelaskan bagaimana pemikiran dalam peradaban Islam
merupakan faktor terpenting bagi tumbuh berkembangnya peradaban Islam, kita
rujuk tradisi intelektual Islam.
Tanda wujudnya peradaban, menurut Ibn
Khaldun adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri,
aritmetik, astronomi, optic, kedokteran dsb. Bahkan maju mundurnya suatu
peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu pengetahuan.
Jadi substansi peradaban yang terpenting dalam teori Ibn Khaldun adalah ilmu
pengetahuan. Namun ilmu pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya komunitas
yang aktif mengembangkannya. Karena itu suatu peradaban atau suatu umrÉn harus dimulai dari
suatu “komunitas kecil” dan ketika komunitas itu membesar maka akan lahir umrÉn besar. Komunitas
itu biasanya muncul di perkotaan atau bahkan membentuk suatu kota . Dari kota itulah akan terbentuk masyarakat yang
memiliki berbagai kegiatan kehidupan yang daripadanya timbul suatu sistem
kemasyarakat dan akhirnya lahirlah suatu Negara. Kota Madinah, kota
Cordova, kota Baghdad ,
kota Samara, kota
Cairo dan lain-lain adalah sedikit contoh dari kota yang berasal dari
komunitas yang kemudian melahirkan Negara. Tanda-tanda lahir dan hidupnya suatu
umrÉn bagi Ibn Khaldun
di antaranya adalah berkembanganya teknologi, (tekstil, pangan, dan papan /
arsitektur), kegiatan eknomi, tumbuhnya praktek kedokteran, kesenian
(kaligrafi, musik, sastra dsb). Di balik tanda-tanda lahirnya suatu peradaban
itu terdapat komunitas yang aktif dan kreatif menghasilkan ilmu pengetahuan.
Namun di balik faktor aktivitas dan
kreativitas masyarakat masih terdapat faktor lain yaitu agama, spiritualitas
atau kepercayaan. Para sarjana Muslim
kontemporer umumnya menerima pendapat bahwa agama adalah asas peradaban,
menolak agama adalah kebiadaban. Sayyid Qutb menyatakan bahwa keimanan adalah
sumber peradaban. Meskipun dalam paradaban Islam struktur organisasi dan
bentuknya secara material berbeda-beda, namun prinsip-prinsip dan nilai-nilai
asasinya adalah satu dan permanent. Prinsip-prinsip itu adalah ketaqwaan kepada
Tuhan (taqwa), keyakinan kepada keesaan Tuhan (tawÍÊd), supremasi
kemanusiaan di atas segala sesuatu yang bersifat material, pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan dan penjagaan dari keinginan hewani, penghormatan
terhadap keluarga, menyadari fungsinya sebagai khalifah Allah di Bumi
berdasarkan petunjuk dan perintahNya (syariat).[1]
[1] Seperti dikutip oleh
Muhammad Abdul Jabbar Beg, dalam The Muslim World League Journal, edisi
November-Desember, 1983, hal. 38-42.
[1] Ibn KhaldËn, 'Abd al-RaÍmÉn
Ibn MuÍammad, The Muqaddimah: an Introduction to history, Penerjemah
Franz Rosenthal, 3 jilid, editor N.J. Dawood. (London, Routledge & Kegan Paul,
1978), hal. 54-57.
Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya