Oleh: Sulaiman Ibrahim
Ibadah haji merupakan gladi resik
atau latihan untuk kembali kepada Allah. Haji adalah latihan kematian
karena meninggalkan tanah air, meninggalkan keluarga, meninggalkan
tetangga, dengan niat yang satu, yaitu ingin memenuhi undangan Allah
Swt. Simbolisme haji ditandai oleh kesediaan seseorang untuk berkurban. Bentuk
simbolis itu diwujudkan dengan menyembelih seekor binatang kurban yang
dagingnya dibagikan dan disedekahkan kepada orang-orang miskin.
Penyembelihan binatang kurban secara simbolik melambangkan kesungguhan
hati manusia untuk menyembelih nafsu kebinatangan yang ada di dalam
diri, karena kalau nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia tidak
disembelih dan dikorbankan, maka akibatnya akan merusak, baik merusak
dirinya sendiri maupun akan merusak orang lain yang ada disekitarnya.
Ibadah
haji yang sedang dilaksanakan umat Islam saat ini juga suatu bimbingan
moral dan etika Islam bagi orang-orang beriman. Ibadah haji suatu
institusi keimanan, untuk kita memperbaiki keadaan diri kita, yang juga
berarti demi kebaikan masyarakat Islam agar tidak terperangkap dalam
budaya tanpa norma (anomik)
Pakaian
ihram mengajarkan kepada kita bahwa nilai kehidupan ini hendaknya
semata-mata diukur dan bertujuan kepada Allah, bukan untuk berbagai
atribut jabatan, kepopuleran, kebanggaan dan perhiasan dunia. Wuquf di
Padang Arafah melambangkan agar kita merenungi diri untuk apa kita hidup
dan kemana kita akan pergi setelah kematian. Dengan demikian, kita
tidak akan cinta terhadap dunia secara berlebihan karena telah menyadari
bahwa kita diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Melempar
jumrah akan mendidik kita bermental anti dosa, anti setan dan
begundalnya, serta membuang segala prilaku buruk yang pernah kita
lakukan, tidak mudah terpegaruh oleh tipu daya duniawi yang menyesatkan.
Dari sini akan terbina sifat ikhlas, jujur, dan suka kepada kebaikan.
Begitupun thawaf, akan membimbing kita agar segala usaha dan upaya kita,
segala langkah dan perbuatan dalam hidup kita adalah dalam rangka
mengabdi kepada Allah, sebagai jaminan harkat diri kita kelak di
hadapan-Nya.
Ibadah
haji adalah refleksi aqidah yang telah teruji kemampuannya atau suatu
komitmen pengabdian diri kepada Allah, bukan rekreasi ritual atau
sekedar mencari keamanan semu di hadapan Allah. Ibadah ini mengandung
pengertian yang dalam dan suci. Karena itu, mabrur tidaknya seseorang
dalam melaksanakan ibadah haji akan diuji prilakunya dalam usaha
kemaslahatan umat.
Dalam
hal ini, semangat berkurban dengan menyembelih nafsu kebinatangan,
menjadi suatu yang amat penting untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara
menuju masa depan yang lebih baik. Karena hanya dengan kesediaan
mengorbankan egoisme kekuasaan, kepentingan kelompok, partai, dan
fanatisme kesukuan dan keagamaan, maka pluralisme dalam berbagai
aspeknya, baik dalam segi sosial, ekonomi, politik, budaya, pendidikan,
maupun agama, akan dapat terjaga dan akan memperkaya kehidupan
spritualitas bangsa. Semoga Idul Adha tahun ini memberikan kita
pencerahan menuju masa depan yang lebih baik. Selamat Hari Raya Idul
Adha 1432 H.[]
Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya