Email: tafsirhadits@ymail.com / emand_99@hotmail.com

Powered By Blogger

Minggu, 20 Juni 2010

Contemporary Reading on the Qur’an; Study on Muhammad Syahrur’s Perspective


In the early 1990s, Arabic world was made shocked by the publishing of the controversial book entitled “al-Kitab wa al-Qur’an; Qira’ah Mu’ashirah”, a work of contemporary intellectual Moslem who comes from Syria, namely Muhammad Syahrur. The book which was the first time published by Ahali Publishing House Damascus (al-Ahali li al-Tiba’ al-Kitab wa al-Qur’an wa al-Nashr wa al-Tauzy) in 1990, has been repeatedly reprinted for several times. In Syria, that book was sold as many as 20.000 copies although it was banned (breaking the rule of copy right), tens of thousands of further copies was circulated in the form of pirated, faxed or photocopied versions spreading out in Lebanon, Jordan, Egypt and the Arabian Peninsula.  Because of this book, the author was denounced as ‘an enemy of Islam’ and ‘a western and Zionist agent.’
            Syahrur’s work, Al-Kitab wa al-Qur’an attempts to offer “fresh” ideas related to the terms within the study of the Qur’an, and the Qur’anic concepts which associated with theology, law, and moral. Albeit some terms and concepts raised as the major study in his work are not so odd for the learner and the expert of the Qur’an, the definitions and the comprehensions introduced by Syahrur constitute the different color of thinking compared to conventional tradition preserved by the majority of Ulama, especially in interpreting the Qur’an.
            It was then not surprising, if the book consisting of 822 pages which he had finished from 1970 to 1990 generated pros and cons around Moslem scholars by the growing responses back toward al-kitab wa al-Qur’an.  Jamal al-Banna (a Moslem intellectual in Egypt, the figure of labor movement, and the younger brother of Hasan al-banna) acknowledged that the book which contains the new method in interpreting the text of the holy Qur’an has sparked hot polemics. Some critical responses to the book as follows: Tahafut Qira’ah Mu’ashirah (confusion of the contemporary reading), a book written by Dr. Munir Muhammad Thahir al-Syawwaf, a scholar of law from Lebanon, Al-Furqan wa al- Qur’an written by syaikh Khalid Abdul Rahman al-Akk, Qira’ah ‘ala Kitab al-kitab wa al-Qur’an by Hala al-Ouri, a Palestinian intellectual who lives in Egypt. There are still other works, Mujarrad Tanjim (3 volumes) by Salim al-Jabi and al-Qira’ah al-Mu’ashirah li al-Qur’an fi al-Mizan by Ahmad ‘Omran.
            In this paper, the writer tries to elucidate the methodology of the interpretation of the Qur’an formulated by Syahrur in his magnum opus, and attempts to give critical analysis.

B. Short Biography of Muhammad Syahrur
            Muhammad Syahrur Ibn Daib was born in Syria, 11 April 1938. He started his education in Ibtidaiyyah, I’dadiyah and Sanawiyyah in Damascus. He got his certificate (Ijazah) of junior high school from Madrasah abdurrahman al-Kawakib, 1957. Getting the scholarship from the government, he traveled to Soviet Union on March 1958 to study civil engineering in Moscow and he finished his diploma in 1964. In 1965, Syahrur returned to Syria to devote himself as a lecturer in the University of Damascus.
            In 1967, Syahrur did a research in Imperial College, London. However, since the war occurred between Syria and Israel that affected the diplomatic relation between Syria-Britain, Syahrur decided to get out from Britain. Next, The University of Damascus sent him to the national university of Irlandia to pursue his master’s degree and Ph.D. in civil engineering concentrating on soil mechanics and foundation engineering. He finally got his master in 1969 and Ph.D.  in 1972.
            Afterwards, Syahrur went back to Damascus to teach in the faculty of engineering starting from 1972 to now in the field of soil mechanics and foundation engineering. In the similar year, Syahrur and his colleagues opened the bureau of engineering consultancy. In 1982-1983, he was delegated to Saudi Arabia as the researcher of his field   in consulate firm, and in 1995, he became one of the honored participants of the public debate focusing on Islamic issues in Morocco and Lebanon.
            In terms of his skills, He mastered two languages i.e. English and Russia besides Arabic. Furthermore, Syahrur is very keen of learning philosophy and linguistics (fiqh lugah). His works related to his major which were published in Damascus, they are Handasah al-Asasat, 3 volumes and Handasah al-Turab, 1 volume, whereas his works related to Islam such as al-Kitab wa al-Qur’an: Qira’ah Mu’ashirah in 1990, Dirasat Islamiyyah Mu’ashirah fi al-Daulah wa al-Mujtama’ in 1994 and al-Islam wa al-Iman: Manzumat   al-Qiyam in 1996. Besides, Syahrur often writes articles in Journals and newspapers such as “The Devine Text and Pluralism in Muslim Societies” in Muslim Politics Report (14 August 1997), Islam and the 1995 Beijing World Conference on women” in Kuwait Newspaper, which then be published in Liberal Islam (1998). Not only in writing, he is also active in presenting his thought and concepts on al-Qur’an with regard to social and political problems, for instance women rights, and Pluralism in many international conferences, like MESA Conference, 1998 in Chicago.



Selasa, 08 Juni 2010

Pacaran Dalam Islam

Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu? Memiliki rasa cinta adalah fitrah Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.

Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu:
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Pacaran Dalam Perspektif Islam
In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)
Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).
Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).
Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).
Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)."
Wallahu A'lam bish-Showab

Disalin dari Lembar Buletin Dakwah BINTANG (2)

Jilbab Gaul


Jilbab Gaul Beberapa tahun belakangan ini, terjadi peningkatan pemakaian jilbab yang cukup fantastis. Lihatlah di jalanan, di pusat perbelanjaan, di tempat rekreasi, di perkantoran, di kampus-kampus, dan di tempat-tempat lainnya akan terlihat betapa banyak wanita yang mengenakan busana muslimah. Bahkan di televisi pun seperti pada acara kuis, peserta yang mengenakan jilbab pun seringkali muncul.
Para pemakai jilbab terus memasuki berbagai lapisan masyarakat. Kalau dulu jilbab itu terkesan kampungan, kini pakaian ini diminati kalangan menengah ke atas. Bahkan beberapa artis cantik pun banyak menukar penampilan mereka, baik pada saat shooting maupun dalam keseharianya, dengan busana muslimah tanpa takut karirnya terhambat.
Pada saat Ramadhan dan lebaran, artis-artis lain yang sehari-harinya berpakaian seksi pun tak mau ketinggalan. Dengan disain, warna, dan bordir yang menarik mereka turut mensosialisasikan tren penggunaan busana muslimah ini.
Dampak dari maraknya jilbab ini kemudian muncul istilah yang menarik di masyarakat, yaitu apa yang disebut "jilbab gaul". Istilah ini merebak seiring dengan tren pemakaian busana muslimah di kalangan remaja dengan model yang mengikuti mode remaja pada umumnya.
Sepintas saja jilbab gaul ini mudah dikenali, yaitu umumnya menggunakan celana panjang ketat atau rok terbelah, baju ketat dan pendek, kerudung yang hanya menutupi kepala, sedangkan leher dan dada biasanya dibiarkan terbuka.
Jika melihat fungsi dari pemakaian busana muslimah, jilbab gaul ini tentu saja telah menyimpang. Dalam Islam pengertian berjilbab bukan berarti sekedar menutupi kepala, namun ada syarat tertentu. Di antaranya, pakaian tersebut tidak membentuk badan, tidak transparan dan tidak menyolok, sedangkan kerudung harus menutupi dada. Sehingga kaum wanita akan aman dari ancaman godaan laki-laki iseng.
Tak hanya itu sebagian dari pemakai jilbab seperti ini dalam bergaul pun nampaknya kurang memperhatikan syariat. Tak jarang di tempat umum remaja menggunakan jilbab gaul ini berpacaran dengan bebas. Tak segan-segan berpegangan tangan atau berpelukan. Bahkan, tak jarang pula mereka merokok di tempat umum.
Tentu saja fenomena ini cukup mengkhawatirkan. Lama kelamaan barangkali akan berkembang pemahaman di masyarkat bahwa berjilbab atau berbusana mulimah ini cukup menutup kepala saja, tanpa disertai tanggung jawab moral bagi pemakainnya.
Ketika melihat fenomena ini, barangkali beragam cara menanggapinya. Ada yang secara terang-terangan mengkritik, ada yang membenci, ada yang cenderung apatis membiarkan saja, atau ada yang merasa tidak ada masalah.
Kita kadang merasa segan untuk mengingatkan adik, keponakan, atau tetangga kita yang kebetulan masih berpenampilan seperti ini. Mungkin diantara mereka ada yang sudah tahu bagaimana seharusnya berbusana muslimah yang baik, tapi merasa belum siap berubah. Tapi mungkin ada yang berpersepsi bahwa berjilbab gaul pun tak ada salahnya, tak menyalahi syariat. Toh orang lain pun banyak yang berpakaian seperti ini.
 Nah, terhadap orang seperti ini kita perlu memberikan penjelasan melalui pendekatan yang arif. Mereka yang berpakaian seperti ini bukan untuk dimusuhi dan dibenci, namun harus diraih. Bagaimanapun mereka adalah orang yang ingin berhijrah, namun masih dalam proses. Dengan nasihat bijak dan doa yang tulus, insya Allah kita telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi seseorang, bagi masyarakat maupun bagi diri kita sendiri.• Ida
*) Dikutip dari Hidayatullah.com

MENATA DIRI MEMBANGUN KESUKSESAN

Kesuksesan merupakan satu hal yang diincar oleh semua orang. Akan tetapi mengingat betapa luasnya makna kesuksesan itu sendiri, usaha yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk meraih hal itu pun berbeda-beda, ibarat pepatah yang mengatakan, “Banyak jalan menuju Roma”.

Namun secara garis besar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk bisa mewujudkan cita-cita itu menjadi kenyataan, yaitu:
1. Fokus dan Komitmen. Ini merupakan langkah awal yang dapat dilakukan, karena akan sangat mustahil untuk meraih suatu tujuan tanpa adanya fokus. Demikian pula untuk berkomitmen pada diri sendiri, hal ini berarti seorang karyawan juga harus mau mengorbangkan kesenangan demi kesempatan yang datang mengetuk.
2. Motivasi diri. Kata ini memang selalu terlontar saat orang bicara kesuksesan dalam berkarier. Di sini seorang karyawan dituntut untuk mampu mendorong dirinya untuk terus bekerja, berkarya, dan memberikan hasil terbaik tanpa harus menunggu datangnya inspirasi, karena kita tidak akan pernah tahu kapan inspirasi itu datang, sementara waktu terus berjalan. Oleh karena itu, kemampuan dalam mengelola waktu semaksimal mungkin menjadi hal yang tidak boleh dianggap sepele.
3. Membangun komunikasi yang fositif, dalam hubungannya dengan rekan kerja yang lain, sikap bersahabat dan menjalin hubungan komunikasi yang baik menjadi satu langkah yang mampu membangun reputasi yang baik. Apalagi dengan anggota tim yang notabene seorang karyawan dituntut untuk bisa bekerja sama dan sikap saling menghargai.
4. Menjaga penampilan dan tutur kata, menjadi hal berikut yang dapat dilakukan. Hal ini menyangkut pada hal kridibilitas dan tingkat keprcayaan orang lain. Bisa dibayangkan bukan bagaimana kita menilai orang yang berpenampilan yang tidak rapi atau berbicara kotor setiap harinya?
5. terakhir, lakukan semua tugas yang datang sesuai dengan prosedur dan selesaikan tepat pada waktunya. Jangan lupa lakukan evaluasi untuk mengetahui kinerja dan kemampuan diri sendiri.